Tentu ini akan menjadi tekanan luar biasa tapi kita harus mampu mengatasi masalah ini
Jakarta (ANTARA) - Pengusaha Chairul Tanjung (CT) optimistis Pemerintah Indonesia mampu mengatasi dampak wabah Virus Corona yang sudah mempengaruhi perkembangan ekonomi nasional dan global.

"Tentu ini akan menjadi tekanan luar biasa tapi kita harus mampu mengatasi masalah ini," kata CT dalam CNBC Economic Outlook 2020 di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, inflasi yang rendah yakni kisaran tiga persen memungkinkan Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga acuan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi.

Baca juga: BI gunakan tiga instrumen mitigasi COVID-19

Meski begitu, mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian itu mengatakan situasi dunia yang sebelumnya diwarnai ketidakpastian setelah perang dagang Amerika Serikat dan China, awal tahun 2020 ini ekonomi global diliputi kecemasan.

Adapun tekanan yang dialami ekonomi global, lanjut dia, karena China merupakan negara ekonomi terbesar kedua di dunia yang saat ini ekonominya terganggu karena Virus Corona.

China, lanjut dia, menguasai sekitar 20 persen produk domestik bruto (PDB) dunia, kemudian sekitar 34 persen perdagangan dunia dikuasai Negeri Tirai Bambu itu.

Dari sisi pariwisata, sekitar 150 juta wisatawan asal China bepergian tiap tahun keluar negerinya, lebih dari satu juta di antaranya berkunjung ke Bali.

Baca juga: Menperin gaet asosiasi antisipasi dampak corona yang berkepanjangan

Tak hanya itu, kata dia, sekitar 30 persen komponen elektronik dunia juga dipasok dari China bahkan banyak produk kosmetik dan obat didatangkan dari negeri itu.

"Proyeksi pertumbuhan PDB China diperkirakan akan turun 1,5 persen dan para ahli ekonomi menyebut setiap 1 persen penurunan ekonomi China akan berpengaruh kepada Indonesia sebesar 0,3 persen," katanya.

Meski tingkat inflasi RI selama tahun 2019 tergolong rendah yakni 2,72 persen, dan pemerintah mematok kisaran inflasi tahun ini kisaran tiga persen, namun ia meminta kondisi itu tetap harus menjadi perhatian.

"Tapi kita harus tahu apa rendahnya inflasi itu karena sudah baik dari sisi distribusi dan produksi atau karena turunnya daya beli,?" katanya.

Baca juga: OJK akan perlonggar kolektabilitas debitur terdampak Virus Corona

Sementara itu, Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam kesempatan yang sama mengatakan saat ini memang Indonesia memasuki inflasi rendah tapi juga daya beli yang lemah.

Ia menyebut konsumsi rumah tangga paling rendah terjadi pada tahun 2019 mencapai 4,97 persen.

"Ternyata kesimpulannya itu gabungan, satu sisi demand rendah, satu sisi inflasi juga rendah," katanya sembari menambahkan BI yakin inflasi selanjutnya bisa dipertahankan pada tingkat yang rendah.

Baca juga: Dampak corona, pemerintah beri diskon tarif pesawat 40-50 persen
 

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020