jangan orang minum arak di India, tetapi kita di Indonesia yang mabuk
Denpasar (ANTARA) - Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana mengajak semua umat beragama di Pulau Dewata dan Tanah Air jangan sampai terpancing dengan kisruh di India dan tetap menjaga toleransi yang sudah berjalan dengan baik.

"Kami dari perwakilan umat Hindu, memohon jangan dikait-kaitkan persoalan agama dan negara di India, dan jangan sampai menjadi isu salah paham diantara kita yang berada di Indonesia, karena sama sekali tidak ada hubungannya," kata Prof Sudiana, di Denpasar, Kamis.

Dalam sejumlah pemberitaan disebutkan kerusuhan telah terjadi di India dalam beberapa hari berturut-turut pada akhir Februari 2020 dan menewaskan belasan penduduk dan puluhan luka-luka. Saat itu, rumah-rumah dan toko-toko Muslim menjadi sasaran gerombolan perusuh.

Baca juga: MUI: Indonesia jangan diam diskriminasi muslim di India
Baca juga: ACT: Indonesia bisa ambil langkah bantu Muslim India


Seperti yang sempat dilaporkan BBC, bentrokan pertama kali terjadi pada hari Minggu (26/2) antara pengunjuk rasa untuk menentang UU Amandemen Kewarganegaraan (CAA) yang dianggap kontroversial dan diskriminatif terhadap kaum Muslim.

Kerusuhan itu berpusat di sekitar lingkungan mayoritas Muslim seperti Maujpur, Mustafabad, Jaffrabad dan Shiv Vihar- di utara-timur Delhi.

"Kami sangat menyayangkan jika itu (kisruh di India-red) dikatakan sebagai perang antar-agama. Padahal itu urusan negara. Kami mendoakan agar apa yang terjadi di India cepat selesai," ucap pria yang juga Rektor IHDN Denpasar itu.

Prof Sudiana mengajak umat beragama di Indonesia jangan sampai kena imbas kesalahpahaman antar-umat beragama karena selama ini persaudaraan, toleransi, kerukunan di Bali pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya, sudah dipupuk dengan sangat baik.

Baca juga: ACT kirim tim ke India tujukkan persaudaraan sesama Muslim
Baca juga: Ormas Islam minta Indonesia berperan selesaikan konflik agama di India


"Ibaratnya, jangan orang minum arak di India, tetapi kita di Indonesia yang mabuk. Kita harus semakin memupuk toleransi dan harus semakin rekat. Apapun isu di negara lain, kita harus tetap kuat, jangan terganggu yang bisa merugikan bangsa dan negara sendiri," ujarnya.

Justru sebaiknya, kata Prof Sudiana, hendaknya masyarakat Indonesia senantiasa mawas diri dan mengutamakan keutuhan berbangsa dan bernegara.

"Mari kita pegang teguh kerukunan, persaudaraan dan toleransi sehingga kita semua bisa hidup dengan aman, nyaman dan damai," katanya.

Baca juga: Massa di Medan ajukan 7 tuntutan di Konjen bela Muslim India
Baca juga: Dewan Pertimbangan MUI kutuk tindakan biadab atas Muslim India

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020