Jakarta (ANTARA) - Perusahaan Manajer Investasi (MI) Eastspring Investments menilai, dalam jangka panjang, kondisi ekonomi Indonesia masih cukup baik dibandingkan negara Iainnya di tengah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang semakin terkulai saat ini.

Dalam keterangan yang diterima Antara di Jakarta, Senin, Eastspring menyebutkan kondisi makroekonomi Indonesia masih cukup kuat dan stabil di tengah ketidakpastian geopolitik global.

"Komponen konsumsi domestik diharapkan dapat menopang pertumbuhan ekonomi kedepannya. Pada tahun 2020, ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh 5 persen serta laba perusahaan akan tumbuh 11,1 persen. Koreksi yang dalam akan memberikan kesempatan beli dan akumulasi yang baik," tulis Eastspring.

Baca juga: IHSG jatuh, Kementerian BUMN masih kaji wacana "buyback" saham BUMN

Pada hari Senin (9/3), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan koreksi cukup dalam atau sebanyak 6,58 persen ke level 5.137 yang merupakan level terendah dalam tiga tahun terakhir.

Penurunan tersebut juga merupakan penurunan harian terdalam dalam 8,5 tahun terakhir. Semua indeks sektoral tercatat negatif, sektor aneka industri mengalami kerugian paling banyak yaitu 9,42 persen, disusul o|eh sektor pertanian minus 7,92 persen dan sektor industri dasar dan kima minus 7,35 persen.

Bukan hanya IHSG, seluruh bursa dunia cukup tertekan pada perdagangan hari ini yang dipicu oleh menurunnya harga minyak sedalam 26 persen ke level 33,32 dolar AS per barel akibat ketidaksepakatan antara OPEC dan Rusia mengenal jumlah produksi.

Alhasil, Arab Saudi memangkas harga jual minyak dan mempersiapkan peningkatan produksi, yang akhirnya memicu kekhawatiran akan terjadinya perang harga.

Perdagangan hari ini ditutup dengan Indeks Nikkei turun 5,07 persen, Indeks Hang Seng turun 4,23 persen, Indeks Shanghai turun 3,01 persen, indeks Shenzhen turun 3,79 persen dan indeks KOSPI turun 4,19 persen.

Baca juga: IHSG anjlok, OJK izinkan emiten "buyback" saham tanpa RUPS

Tekanan geopolitik tersebut telah menambah penurunan pasar saham global yang sebelumnya terlebih dahulu dipicu oleh COVID-19 yang mengancam perlambatan ekonomi dunia.

Menurut data terbaru dari Worldometer, sudah ada sekltar 110 ribu kasus COVID-19 di seluruh dunia dengan sekitar 3,8 ribu jiwa yang telah meninggal dunia. Kekhawatiran ini semakin diperburuk dengan penyebaran virus ke negara lainnya seperti Korea Selatan dan ltalia. Pada saat ini, Indonesia telah mencatat 19 kasus dari wabah COVID-19.

Khawatir akan semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi global, bank sentral beberapa negara mulai mengambil Iangkah untuk menjaga stabiltas pertumbuhan ekonomi.

Dimulai dengan China yang menurunkan suku bunga pinjaman utama sebesar 10 bps pada Februari Ialu, Indonesia dan Filipina yang memotong 25 bps. Begitu juga dengan Rusia, Brasil dan Meksiko walaupun Korea Selatan masih mengambil Iangkah "wait and see" pada saat ini.

Pada awal Maret The Fed pun mengambil langkah awal dan memotong suku bunga sebesar 50 bps sebelum pertemuan bulanannya.

"Ketidakpastian global dan domestik ini membuat kami lebih menyukai aset alokasi pendapatan tetap dibanding saham. Sejak akhir bulan lalu, kami sudah menempatkan strategi underweight pada kelas aset saham dan melakukan penempatan kas yang cukup banyak," sebut Eastspring.

Untuk reksadana saham, Eastspring sendiri sebagian besar berinvestasi pada sektor yang secara jangka panjangnya sejalan dengan pertumbuhan ekonomi seperti sektor perbankan.

Selain itu, portfolio juga bersandar pada sektor sektor defensif yang cenderung tahan banting di saat pertumbuhan ekonomi sedang mengalami perlambatan seperti sektor berbasis konsumsi, kesehatan dan komunikasi.

"Dalam hal pemilihan saham, kami memilih saham-saham yang berfundamental baik dan punya pendanaan yang kuat," tulis Eastspring.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020