Jambi (ANTARA) - Himpunan Psikologi Jambi menyebutkan pasien yang menjalani pemeriksaan intensif baik itu positif maupun negatif (suspect) COVID-19 harus mendapat pendampingan secara psikologis untuk mengembalikan kondisi mereka di masa perawatan atau pemulihan.

"Pelayanan psikologi kepada mereka diperlukan, untuk membantu mereka keluar dari kondisi saat mereka berstatus pasien baik itu positif maupun negatif COVID-19, itu perlu," kata Ketua Himpunan Psikologi Jambi Dr Novrans Eka Saputra di Jambi, Selasa.

Kondisi psikologi pasien perlu menjadi pertimbangan baik dari keluarga, masyarakat maupun pemberitaan di media massa. Hal itu untuk memastikan mereka bisa melakukan recovery dengan baik baik dari penyakit maupun psikologisnya.

Baca juga: Garut imbau warga tidak sembarangan sebar info virus corona

Dukungan dari keluarga terdekat sangat perlu, termasuk juga dalam penanganan medis yang bersangkutan.

"Jelas perhatian dan perlakuan dari keluarga terdekat, serta masyarakat di sekitarnya sangat penting buat mereka," kata Novrans.

Kendati COVID-19 merupakan wabah yang disebabkan oleh virus, namun berdasarkan literasi kemampuan daya tahan tubuh seseorang bisa menjadi penangkalnya.

Sehingga perlu dilakukan sosialisasi dan edukasi terkait upaya pencegahan, dan juga pendekatan-pendekatan psikologis agar penjelasan yang diterima masyarakat tepat dan tidak menimbulkan kekhawatiran.

"Kekhawatiran pasti ada, namun dalam kasus ini kan tingkat kesembuhan pasien juga cukup besar. Itu perlu disosialisasikan kepada masyarakat, disamping meningkatkan pola hidup bersih dan sehat, cuci tangan serta kegiatan lainnya yang mendukung peningkatan daya tahan tubuh," kata Novrans.

Baca juga: ASDP cek suhu tubuh penumpang, antisipasi COVID-19

Selain itu, pola masyarakat dalam meningkatkan ketahanan tubuh melalui berbagai ramuan curcuma seperti jahe, kunyit dan lainnya serta jamu-jamu lainnya juga sangat positif.

"Masyarakat memiliki kearifan lokal dalam meningkatkan kesehatan dan daya tubuh mereka, sudah dijalani selama ini di masyarakat. Itu sangat penting dalam memberikan sugesti ketahanan tubuh terhadap penyakit," katanya.

Lebih lanjut, Novrans yang juga Ketua Prodi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Jambi (Unja) tersebut juga menyebutkan beberapa fenomena yang memerlukan pendampingan psikologi.

"Salah satunya terkait dengan penghentian sementara umroh, yang juga harus diantisipasi pada musim haji tahun ini. Bila kondisi ini berlanjut untuk keberangkatan haji, maka secara psikologis dampaknya sangat besar bagi calon jamaah haji," kata Novrans.

Ia berharap hal itu tidak terjadi atau tidak berlanjut. Namun demikian perlu dilakukan antisipasi untuk langkah ke depannya yang perlu dilakukan antisipasi sejak jauh-jauh hari.

"Kami akan berkoordinasi dan menyampaikan masukan ke pengurus pusat Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) terkait hal itu," kata Novrans Eka Saputra menambahkan.

Baca juga: Menkes diminta terbuka soal jumlah alat tes dan pasien corona
Baca juga: Fasilitas publik di Surabaya dilengkapi pengukur suhu tubuh
Baca juga: Terkait COVID-19, Permohonan papsor Imigrasi Palembang turun 50 persen

Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020