Stok obat masih bisa untuk Maret-April, itu untuk fast moving item. Kalau untuk yang slow moving item, bisa sampai Juni-Juli.
Jakarta (ANTARA) - Gabungan Perusahaan (GP) Farmasi menjamin stok obat-obatan masih aman meski pasokan bahan baku yang utamanya dari China terkena dampak wabah virus corona jenis baru (COVID-19).

Oleh karena itu, Ketua Komite Perdagangan dan Industri Bahan Baku Farmasi GP Farmasi Vincent Harijanto dalam diskusi bertajuk "Corona Datang Bisnis Meradang" di Jakarta, Rabu, mengatakan masyarakat tidak perlu panik.

"Stok obat masih bisa untuk Maret-April, itu untuk fast moving item. Kalau untuk yang slow moving item, bisa sampai Juni-Juli," katanya.

Baca juga: Pemerintah ingin bangun industri yang tak bergantung pada satu negara

Vincent menjelaskan Indonesia memang masih mengimpor 95 persen bahan baku farmasi dari luar negeri. Dari jumlah tersebut, 85 persen pasokan berasal dari China dan India sementara sisanya dari Eropa.

"85 persen bahan baku itu kalau dirinci 60-65 persennya dari China dan 35-40 persennya dari India. Jadi memang ketergantungan bahan baku dari China cukup besar," katanya.

Karena banyak dipasok China, Vincent menjelaskan momentum liburan Tahun Baru China atau Imlek memang cukup menghambat suplai bahan baku obat. Namun, hal itu sudah biasa sehingga industri sudah memiliki langkah antisipasi.

Hambatan kemudian kembali datang ketika negeri tirai bambu itu harus melakukan isolasi untuk menghindari penyebaran virus yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei.

"Sebenarnya itu masalah biasa (libur Imlek) dan kami sudah punya langkah antisipasi. Kalau China berhenti produksi seminggu dua minggu sudah terjadi sebelumnya. Tapi lalu datang corona. Tapi ternyata, setelah kami cek, mereka saat ini sudah start masuk kantor dan start untuk produksi," jelasnya.

Selain produksi yang akan mulai pulih, Vincent mengatakan optimisme tersedianya pasokan juga terjadi dengan meningkatnya koordinasi untuk mendukung masuknya bahan baku farmasi.

Baca juga: Antisipasi COVID-19, Kalbe tingkatkan stok obat hingga 11 bulan

Ia menyebut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan akan berkoordinasi untjk mempermudah masuknya bahan baku farmasi.

"Masalah pengiriman barang untuk bahan farmasi itu tidak hanya barangnya tapi juga dokumennya. Itu pun terhambat. Tapi DJBC dan BPOM sudah berjanji untuk memberi kemudahan dan memberi solusi kalau ada kesulitan," katanya.

Dengan kondisi tersebut, ia meyakini pasokan bahan baku farmasi akan dapat terpenuhi sesuai kebutuhan meski ada wabah COVID-19
 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020