Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah menyediakan dana Rp200 miliar untuk membiayai berbagai penelitian mengenai penyakit flu burung (Avian Influenza/AI) serta upaya pencegahan dan penanggulangannya.

"Sudah disediakan dana Rp200 miliar per tahun untuk itu. Bantuan luar negeri juga ada, tapi tetap dalam kendali kita," kata Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari usai berbicara dalam simposium internasional tentang flu burung di Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Kamis.

Ia menambahkan, pihaknya telah memiliki mekanisme baku terkait pemberian dana pemerintah dan penggunaan dana bantuan luar negeri untuk penelitian penyakit flu burung.

"Ada seleksinya, hanya yang bermutu yang disetujui. Penelitian dengan bantuan dari luar negeri juga ada mekanismenya sendiri," ujarnya.

Secara terpisah, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Agus Purwadianto menjelaskan pihaknya telah punya peta rencana penelitian mengenai penyakit flu burung.

"Sudah dipetakan berdasarkan kebutuhan, pelaksanaannya dikoordinir supaya tidak tumpang tindih," katanya.

Ia menjelaskan, penelitian tentang flu burung utamanya diarahkan pada pencarian teknik deteksi dan diagnosis penyakit flu burung pada manusia serta pengembangan vaksin flu burung untuk manusia.

"Pokoknya semua yang diperlukan untuk upaya prepandemik dan pandemik. Untuk itu harus ada teknik deteksi dan diagnosis yang cepat dan akurat," katanya.

Ia menambahkan, pemerintah sudah mulai mengembangkan penelitian untuk produksi vaksin flu burung pada manusia.

"Penelitian dan pengembangan vaksin dilakukan di laboratorium BSL-3 yang di UNAIR dan di Jakarta," katanya.

Menurut dia, saat ini terdapat tiga unit laboratorium dengan standar keamanan Bio Safety Level-3 (BSL-3), yakni di laboratorium milik UNAIR, Universitas Indonesia, dan Lembaga Biomolekuler Eijkman.

Laboratorium BSL-3 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, kata dia, juga akan selesai dan mulai dioperasikan tahun ini.

"Itu sudah cukup. Tinggal pemeliharaan saja, soalnya biaya pemeliharaannya mahal," katanya.

Keempat laboratorium BSL-3 dan beberapa laboratorium regional yang ada di daerah diharapkan dapat mendukung kegiatan penelitian tentang penyakit menular, utamanya penyakit flu burung.

"Pada masa yang akan datang, kita tidak lagi tertinggal di belakang dan hanya bisa mengekor, tapi bisa sejajar atau selangkah lebih maju dari yang lain," demikian Menteri Kesehatan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009