Banjarbaru (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementerian Pertanian terus berupaya mengawal produktivitas pangan di tengah wabah virus corona yang kini pandeminya melanda Indonesia.

Salah satu yang dijaga Balitbangtan yaitu sektor pertanian lahan rawa yang memiliki fungsional untuk lahan sawah seluas satu juta hektare.

"Dengan adanya virus corona ini, Kementerian Pertanian mempunyai tugas berat tetapi bukan berarti tidak bisa dilaksanakan. Justru menjadi semangat kita bersama meyakinkan masyarakat bisa menyediakan pangan bagi rakyat Indonesia," kata Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) Hendri Sosiawan di Banjarbaru, Rabu.

Menurut dia, pihaknya selalu memberikan semangat ke petani yang merupakan ujung tombak penyedia pangan, sehingga produksi dan produktivitas di lahan pertanian bisa terjaga sesuai yang diharapkan.

Baca juga: Kementan akui karantina wilayah hambat distribusi pangan ke Jakarta

"Kami harus pastikan petani selalu sehat. Langkah saat ini kami lakukan di antaranya dengan mengedukasi petani melalui pembagian 500 botol cairan disinfektan setiap minggunya. Mengingatkan petani agar menggunakan masker dan rajin mencuci tangan dengan sabun, sehingga terhindar dari paparan COVID-19," jelas peraih gelar S2 Hidrologi dan Lingkungan dari Ecole Nationale Superieure Agronomique (ENSA) Montpellier, Prancis itu.

Hendri mengungkapkan, luas lahan rawa di Indonesia sekitar 34,1 juta hektare yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Papua dan sedikit di Sulawesi.

Dari luas lahan yang terdiri dari lahan rawa pasang surut, rawa lebak dan gambut itu, potensial untuk pertanian 9 juta hektare. Sedangkan fungsional lahan sawah yang produktif 1 juta hektare. Sehingga untuk menjaga stok pangan nasional paling tidak 1 juta hektare tersebut yang harus dioptimalkan.

"Dengan sentuhan teknologi yang sudah dihasilkan Balitbangtan, Kementan serius mengawal peningkatan produksi untuk satu juta hektare lahan rawa agar stok pangan nasional tetap terjaga dengan baik," tuturnya.

Baca juga: Kementan: Bawang putih dan gula pasir titik berat pangan saat Covid-19
Kepala Balittra Hendri Sosiawan membagikan cairan disinfektan ke petani binaannya. (ANTARA/Firman)


Adapun dari program optimalisasi lahan rawa, ungkap Hendri yang mengawali pendidikan sarjananya di Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, kini petani bisa memanen di atas 5 ton gabah per hektare.

Seperti di Kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, petani setempat telah berhasil panen hingga 7,8 ton per hektare.

"Memang perlu upaya sangat keras dengan pengawalan teknologi yang ketat atas keberhasilan tersebut. Karena tanpa itu semua, petani tradisional hanya bisa memanen 3 hingga 3,5 ton saja," bebernya.

Kemudian di tengah pandemi COVID-19, program tanam dua kali setahun yang digelorakan Balitbangtan melalui Balittra, juga diupayakan tetap dapat dilakukan petani.

Baca juga: Penebusan dosa ekologis ala Yulia Suparti

Diketahui jika bulan April adalah dimulainya masa tanam untuk periode kedua dalam setahun. Sehingga Balittra harus memastikan petani bekerja turun ke sawah menggarap lahannya.

"Kalau setiap petani bisa memanen padi rata-rata 5 ton per hektarE saja dan dua kali tanam, maka dapat dihasilkan 10 juta ton gabah per tahun. Kami kira ini cukup menjaga stok pangan nasional khususnya untuk beras," pungkas Hendri.

Pewarta: Firman
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020