Jakarta (ANTARA) - Merebaknya jumlah yang terinfeksi pandemi COVID-19 di Indonesia direspons oleh beberapa banyak kepala daerah dengan mengeluarkan kebijakan untuk meliburkan sekolah sebagai bagian dari jaga jarak fisik.  

Selain sekolah, kampus juga banyak diliburkan. Libur dalam arti bukan untuk liburan melainkan mengganti proses belajar yang biasanya dilakukan dengan cara konvensional, diganti dengan belajar daring.

Jangan sampai siswa diliburkan namun tidak melakukan apa-apa di rumah. Padahal tujuan diliburkannya siswa agar bisa belajar di rumah, seperti imbauan Presiden Jokowi agar rakyat Indonesia bisa belajar, bekerja dan beribadah di rumah.

Virus corona awalnya menimpa masyarakat Kota Wuhan, Tiongkok, pada akhir Desember 2019 dan menyebar secara eksponensial ke negara-negara lain termasuk Indonesia. Korban dari pandemi ini juga tidak melihat kasta.

Beberapa pejabat dan atlet yang terpapar COVID-19 yaitu Nadine Dorries (Menteri Kesehatan Inggris), Daniele Rugani dan Blaise Matuidi (pemain sepak bola Juventus), Masoumeh Ebtekar (Wakil Presiden Iran urusan perempuan), Salvatore Farina (Kepala Staf Angkatan Darat Italia), termasuk Budi Karya Sumadi (Menteri Perhubungan RI), Bima Arya Sugiarto (Wali Kota Bogor) dan Cellica Nurrachadiana (Bupati Karawang).

Di seluruh dunia, total yang positif COVID-19 sebanyak 787.631 orang, sembuh 166.276 orang dan meninggal 37.840 orang. Sedangkan di Indonesia, total yang positif COVID-19  sebanyak1.528 orang, sembuh 81 orang dan meninggal 136 orang (Kemenkes, Johns Hopkins, diakses 31/3/2020 pukul 16.05 WIB).

Baca juga: Kiat bagi orang tua buat anak betah belajar saat #dirumahaja

Baca juga: Pemkot Batam perpanjang masa PNS bekerja di rumah



Belajar daring

Belajar daring merupakan tantangan di era revolusi industri 4.0. Perkembangan teknologi saat ini menjadi bagian tak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari, termasuk dalam dunia pendidikan.

Rosenberg (2001) menjabarkan belajar daring merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.

Seperti diketahui bahwa internet merupakan jendela dunia. Hampir semua pertanyaan bisa dijawab melalui internet.

Itulah sebabnya sekolah seyogianya tidak hanya mendidik siswa untuk menghafal. Namun, adaptif terhadap kemajuan teknologi dan berpikir kritis.

Belajar daring sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru dalam pendidikan. Jauh sebelumnya, sudah banyak lembaga yang mengadakan belajar daring.

Salah satu contohnya adalah edX, yaitu program kuliah daring yang digagas oleh Harvard University dan MIT dengan menerapkan Massive Open Online Course (MOOC) dan melibatkan lebih dari 140 universitas top di dunia.

Di Indonesia juga sudah diterapkan di sekolah baik secara penuh maupun sebagian. Selain itu ada juga usaha rintisan (startup) Ruang Guru dan Zenius yang merupakan platform pembelajaran berbasis kurikulum sekolah melalui video tutorial interaktif oleh guru dan animasi di aplikasi ponsel.

Juga ada Klikcoaching.com yang merupakan platform layanan mentoring online untuk meraih beasiswa ke luar negeri dan mentoring IELTS yang profesional dan dibimbing langsung oleh mahasiswa Indonesia yang tersebar di berbagai negara seperti Jerman, Amerika, Australia, Tiongkok dan sudah terbukti berhasil diterima kuliah di luar negeri.

Baca juga: Boyolali perpanjang masa libur sekolah

Baca juga: Darurat COVID-19, Pemkab Bekasi perpanjang waktu belajar di rumah



Keunggulan

Belajar daring memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa keunggulan di antaranya ialah efektifitas waktu dan tempat. Siswa bisa menghemat waktu ke sekolah atau kampus dengan mengikuti proses belajar dari rumah.

Ini sangat berarti terutama bagi mereka yang tinggal di kota besar dengan permasalahan kemacetan.

Materi yang sudah dilaksanakan juga bisa diulang kembali sehingga siswa bisa memutar kembali materi yang belum dipahami.

Bagi guru, materi yang sama bisa digunakan untuk kelas selanjutnya tentu dengan modifikasi agar lebih menarik.

Hal lain ialah akrabnya para siswa baik yang level SD hingga universitas yang masuk kategori generasi Alfa, Z dan Milenial dengan teknologi.

Kecepatan mereka dalam mengoperasikan teknologi untuk mencari informasi dan melakukan komunikasi secara instan sangat luar biasa. Tanpa perlu diajari, mereka bisa mempelajarinya sendiri.

Oleh sebab itu, mereka tidak hanya menjadikan guru dan buku di sekolah sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi internet akan menjadi tempat berselancar sebagai sumber belajar.

Ini juga bisa menjadi momentum untuk mendidik dan mengakrabkan generasi Indonesia dalam pemanfaatan teknologi di era disrupsi ini.

Salah satunya mengajarkan bahwa kehadiran gawai tidak sekedar untuk menghabiskan waktu di media sosial dan menonton YouTube melainkan bisa digunakan sebagai sumber pengetahuan.

Baca juga: Banten perpanjang belajar di rumah hingga 1 Juni 2020

Baca juga: Psikolog: Sirkulasi kehidupan anak harus sama selama belajar di rumah



Kekurangan dan Tantangan

Selain kelebihan, belajar daring tentu ada kekurangannya. Guru sulit mengontrol mana siswa yang serius belajar dan tidak. Interaksi dengan guru dan sesama siswa juga terbatas. Interaksi menjadi hal fundamental dalam proses belajar, karena justru dari proses interaksi itu siswa tidak sekadar belajar tentang teori melainkan praktek riil bahkan belajar hal baru yang tidak diajarkan di kelas.

Senada dengan L. Gavrilova (2006) yang mengatakan bahwa kekurangan belajar daring yaitu pembelajaran membutuhkan peralatan tambahan yang lebih.

Kebutuhan peralatan dan teknis seperti komputer, gawai, paket data internet ini menjadi kendala terutama bagi mereka yang tinggal di desa dan baru menerapkan proses belajar daring.

Bagi sekolah dan universitas yang telah menetapkan belajar daring selama masa pencegahan pandemi harus mampu meracik agar program ini benar-benar berjalan secara optimal.

Dari situ, sekolah dan universitas harus memiliki panduan kurikulum dan teknis yang jelas. Bagaimana agar materi tetap tersampaikan sesuai silabus dan penugasan. Platform yang digunakan seperti Zoom, Skype, dan lain-lain juga harus disosialisasikan untuk menghindari kendala teknis.

Guru juga harus piawai mengoperasikannya. Jika perlu ditunjuk operator khusus untuk membantu guru-guru yang mengalami kendala karena faktor usia.

Baca juga: Psikolog: Orang tua bijak berikan gawai saat anak belajar di rumah

Baca juga: Kota Magelang perpanjang belajar di rumah bagi siswa, cegah corona



Belajar dari Tiongkok

Dampak dari virus korona di Tiongkok, hampir semua sekolah dan kampus menerapkan sistem belajar daring.

Di kampus saya, Southwest University Chongqing misalnya, sebelum kuliah daring dimulai kami diminta mengisi questioner online untuk mengetahui lokasi tempat tinggal dan keadaan jaringan internet.

Silabus dan panduan teknis diberikan diawal sehingga kami paham alur dan apa yang harus dikerjakan. Proses belajar dilakukan secara live face to face video call, chating penugasan dengan platform DingTalk dan WeChat.

Sejauh ini saya rasa proses belajar daring di kampus cukup efektif meskipun siswanya berasal dari lintas-negara, karena mayoritas sedang pulang ke negaranya masing-masing.

Bahkan beberapa hari lalu diadakan pre-defense bagi salah satu teman mahasiswa PhD asal Bangladesh melalui video call.

Pada akhirnya, dengan adanya belajar daring, semoga wabah pandemi Covid-19 di Indonesia segera berakhir, hubungan orangtua-anak semakin akrab dan putra-putri Indonesia semakin cerdas. Bukan malah pergi ke luar kota dan sering keluyuran ke mall.*

*) Budy Sugandi adalah Kandidat PhD jurusan Education Leadership and Management, Southwest University China dan CEO Klikcoaching.com

Baca juga: Pemprov DKI perpanjang masa pembelajaran dari rumah dan tiadakan UN

Baca juga: Belajar di rumah harus menyenangkan bukan membebani

Copyright © ANTARA 2020