dapat dilihat dari dana asing yang berbondong-bondong keluar dari Indonesia, di mana kepemilikan SBN (surat berharga negara) oleh asing hingga 7 April tercatat sebesar Rp927,82 triliun atau turun 6,10 persen
Jakarta (ANTARA) - Perusahaan jasa penyedia informasi dan riset, PT Infovesta Utama mengemukakan bahwa dana kelolaan (asset under management (AUM) industri reksa dana mengalami penurunan 9,76 persen menjadi Rp492,67 triliun pada Maret 2020 dibandingkan bulan sebelumnya Rp545,95 triliun.

Manajemen Infovesta Utama dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin memaparkan penurunan AUM industri reksa dana juga diikuti dengan berkurangnya jumlah unit penyertaan (UP) industri reksa dana sebesar 4,43 persen.

"Penurunan AUM terjadi di hampir seluruh jenis reksa dana, hanya jenis reksa dana terproteksi dan reksa dana ETF (exchanged trade fund) saja yang masih mengalami kenaikan unit penyertaan," tulis informasi dari Infovesta Utama tersebut.

Disebutkan, penurunan AUM secara serempak ini disebabkan oleh kinerja reksa dana yang sedang mengalami tekanan. Pandemi COVID-19 telah mempengaruhi profil risiko investor menjadi lower risk.

"Hal ini dapat dilihat dari dana asing yang berbondong-bondong keluar dari Indonesia, di mana kepemilikan SBN (surat berharga negara) oleh asing hingga 7 April tercatat sebesar Rp927,82 triliun atau turun 6,10 persen sejak awal tahun 2020," paparnya.

Sementara itu tercatat, pertumbuhan unit penyertaan tertinggi dicapai reksa dana terproteksi dengan tingkat pertumbuhan AUM yang mencatatkan penurunan terkecil diantara jenis reksa dana lainnya.

"Hal ini membuktikan bahwa reksa dana terproteksi masih bertahan di tengah ketidakpastian kondisi pasar modal di Indonesia."

Reksa dana terproteksi menempatkan sebagian besar investasinya pada instrumen surat utang dan memegangnya hingga jatuh tempo, menjadikan instrumen itu menjadi lebih diminati daripada reksa dana pendapatan tetap karena skenario terburuk yang akan terjadi hanya ketika perusahaan penerbit surat utang mengalami default atau gagal bayar.

Ditambahkan pula tren penurunan suku bunga yang masih berlanjut dan kondisi pasar saham yang masih belum bangkit akibat sentimen virus corona juga membuat reksa dana terproteksi menjadi alternatif investasi bagi para investor.

Baca juga: Kinerja reksa dana sepekan cetak hasil positif
Baca juga: Reksa dana terproteksi paling banyak diterbitkan di tengah COVID-19
Baca juga: Danareksa Investment sebut tidak ada "rush" imbas COVID-19

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020