Jakarta (ANTARA News) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Hidayat Nurwahid menilai Demokrasi di Indonesia merupakan sarana untuk membangun toleransi antara sesama umat beragama dan bukan alat permusuhan agama.

"Demokrasi itu sarana menumbuhkan toleransi yang sangat tinggi dan bukan alat permusuhan antaragama," katanya seusai menerima kunjungan delegasi senat Belanda yang dipimpin Presiden Senat Belanda Yvone E.M.A Timmerman Buck di Gedung MPR/DPR Jakarta, Rabu.

Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak membicarakan diantaranya soal demokratisasi di Indonesia yang justru menumbuhkan toleransi dan kerukunan umat beragama.

Dikatakan Hidayat bahwa praktik berdemokrasi di Indonesia telah melampaui batas-batas suku, minoritas dan lain sebagainya.

"Dalam konteks berdemokrasi, di Indonesia justru telah menghadirkan partai dengan berbagai ragam corak, seperti berlatar belakang nasionalis, agama dan lain-lainnya tanpa ada masalah," katanya seraya mencontohkan eksisnya partai Islam dan Kristen secara berdampingan.

Bukti toleransi itu, kata Hidayat, juga terlihat pada saat kampanye Pemilu lalu yang bersamaan dengan Hari Raya Nyepi, kampanye diliburkan sesaat untuk menghormati mereka yang beragama Hindu.

"Itu semua merupakan bukti bahwa kita mempunyai toleransi beragama dan kelenturan dalam menyikapi perbedaan," katanya.

Ketua MPR mengharapkan Indonesia dan Belanda bisa saling memetik pengalaman berdemokrasi sesuai dengan karakteristik dan kekhasan masing-masing.

"Indonesia memiliki kondisi yang spesial, yakni memiliki tiga kamar DPR, MPR dan DPD. Sementara Belanda hanya memiliki dua kamar, Senat dan DPR," ujar Hidayat yang juga Mantan Presiden PKS itu.

Dalam kesempatan itu, Yvone E.M.A Timmerman menyatakan takjub dengan perkembangan demokratisasi di Indonesia yang telah berkembang dengan baik.

Bahkan dia berharap demokrasi yang sudah berkembang di Indonesia itu terus berkembang menuju demokrasi yang menghadirkan kesetaraan dan "check and balances".

"Dengan demikian yang nantinya akan diuntungkan adalah rakyat Indonesia sendiri bukan rejim atau kelompok-kelompok politik tertentu," kata Yvone sebagaimana dikutip Hidayat Nurwahid.

Kunjungan delegasi senat Belanda itu merupakan kunjungan balasan parlemen Indonesia yang telah mengundang mereka saat berkunjung ke Belanda beberapa waktu lalu.

(*)

Pewarta: Luki Satrio
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009