Purwakarta (ANTARA News) - Kepala Stasiun Klimatologi Klas I Darmaga Bogor Balai Besar Wilayah II Ciputat, Sridadi Budihardjo, mengimbau masyarakat Jawa Barat agar waspada menghadapi bencana kekeringan jika sifat hujan selama satu periode musim berada di bawah normal.

"Musim kemarau yang lebih cepat dan periode yang lebih panjang juga patut menjadi perhatian masyarakat dalam menghadapi bencana kekeringan," kata Sridadi, di sela rapat dalam antisipasi menghadapi musim kemarau di wilayah Sungai Citarum, di Purwakarta, Rabu.

Sementara itu, sesuai dengan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, kekeringan merupakan gangguan terhadap keseimbangan hubungan antara tanaman pangan dengan air tanah, mengakibatkan persediaan air dalam tanah tidak mampu mencukupi kebutuhan air bagi tanaman.

Di Jawa Barat, pada umumnya wilayah yang rawan terhadap kekeringan ialah areal persawahan yang infrastruktur irigasinya rusak, daerah irigasi yang tidak ada fasilitas waduk, areal sawah tadah hujan, dan lain-lain. Hampir setiap tahun, rata-rata luas kekeringan di Jawa Barat mencapai 83.090 hektar.

Terdapat empat daerah di Jawa Barat yang dinilai sangat rawan kekeringan, yakni Indramayu, Kabupaten Tasikmalaya, Cirebon, dan Kabupaten Bandung. Untuk Ciamis dikategorikan sebagai daerah rawan kekeringan. Sedangkan Cianjur, Sukabumi dan Kabupaten Bekasi dikategorikan sebagai daerah agak rawan kekeringan.

Sementara Kabupaten Karawang, Subang, Garut, Majalengka, Bogor, dan Sumedang merupakan daerah berkategori cukup aman kekeringan. Selanjutnya, Kabupaten Purwakarta, Kuningan, Kota Sukabumi, Kota Bandung, Kota Cimahi, Kota Tasikmalaya, dan Kota Banjar dikategorikan sebagai daerah aman dari kekeringan.

Direktur Teknik Perusahaan Jasa Tirta (PJT) II Jatiluhur Purwakarta, Achmad Gozali, mengatakan, sesuai dengan neraca ketersediaan air sampai 31 Desember 2009, per 29 Mei 2009, dari waduk Saguling, Cirata, dan Ir.H. Djuanda (Bendungan Jatiluhur), ketersediaan air baik pada saat kondisi normal, kering maupun dalam kondisi sangat kering masih aman.

Dalam kondisi normal, dari jumlah air yang tersedia 5.813, 26 m3 dan kebutuhan air mencapai 3.748,51 m3, masih ada sisa air yang tersedia sebanyak 2.064,75. Sedangkan dalam kondisi kering, dari 4.581,17 m3 air yang tersedia dan kebutuhan air yang mencapai 3.748,51 m3 kebutuhan air, masih ada 832,66 m3 air yang tersedia.

Untuk kondisi sangat kering, sesuai dengan neraca ketersediaan air sampai 31 Desember 2009, per 29 Mei 2009, jumlah air yang tersedia 4.024,76 m3 dan kebutuhan air mencapai 3.748,51 m3, masih ada air yang tersedia sebanyak 276,25 m3.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009