Kami perlu melakukan latihan ini karena para pemain kami dipulangkan akibat pandemi virus corona
Jakarta (ANTARA) - Liga Vietnam (V-League) dan Liga Thailand (Thai League 1) menemui titik terang soal kelanjutan kompetisi setelah pandemi COVID-19 berangsur membaik dan penularan bisa dikendalikan.

Seperti dilansir dari laman AFF, Senin, federasi sepak bola Vietnam (VPF) bakal kembali menggelar V-League pada Mei 2020 menyusul telah dibukanya karantina wilayah setelah pemerintah setempat sukses menghentikan laju penularan corona.

VPF hanya tinggal mendapat izin dari pemerintah Vietnam untuk bisa kembali melanjutkan liga setelah ditangguhkan sejak Maret 2020 akibat pandemi virus berbahaya tersebut.

Baca juga: Vietnam tekankan keselarasan jadwal timnas dan liga

Catatan telah hampir sepekan tanpa ada kasus positif baru serta dibukanya Lockdown, membuat klub Ho Chi Minh menjadi klub pertama yang menggelar latihan.

"Kami perlu melakukan latihan ini karena para pemain kami dipulangkan akibat pandemi virus corona. Mereka tetap fit, tetapi belum siap untuk berkompetisi," ujar Presiden HCM City FC, Nguyen Huu Thang.

Sementara di Thailand, federasi sepak bola mereka yakni (FAT) tinggal meminta persetujuan dari pemerintah setempat untuk menggelar kompetisi apabila kondisi pandemi COVID-19 sudah terkontrol.

FAT telah berkirim surat kepada Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha yang juga sebagai kepala penanganan COVID-19 Thailand dengan opsi pertandingan digelar secara tertutup (tanpa penonton).

Baca juga: PSSI harapkan Piala Dunia U-20 sesuai jadwal

Dari hasil rapat FAT dan operator Liga Thailand, Thai League Co, menyatakan kemungkinan Liga Thailand akan kembali bergulir pada September 2020 dan akan berakhir pada Mei 2021.

Negara ASEAN lainnya yakni Malaysia dan Indonesia kemungkinan akan menghentikan kompetisi lebih cepat. Bahkan Perdana Menteri Malaysia Datuk Sri Ismail Sabri Yaakob menegaskan tak mengizinkan menggelar kelanjutan kompetisi sepak bola di negaranya.

Hingga saat ini pemerintah Malaysia tengah menerapkan pelaksanaan Perintah Kawalan Pergerakan atau karantina wilayah untuk menekan angka penularan. Jika karantina wilayah itu telah dicabut, kegiatan olahraga yang melibatkan orang banyak tidak akan bisa dilakukan dalam waktu beberapa bulan ke depan.

"Sepak bola tidak seperti bulu tangkis yang lebih merupakan permainan individu. Sepak bola adalah permainan tim dengan 22 pemain di lapangan dan jangan lupakan perangkat pertandingan," kata Ismail Sabri masih dari laman AFF.

Baca juga: PSSI tunggu hingga akhir Mei soal kelanjutan Liga 1

Sementara di Indonesia, PSSI masih menunggu status darurat dari pemerintah hingga akhir Mei. Apabila pemerintah memperpanjang status darurat kemungkinan PSSI akan menghentikan kompetisi lebih cepat.

Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan juga tidak terpikirkan untuk menggelar laga tanpa penonton seperti permintaan sejumlah klub, salah satunya Persib Bandung.

Menurut dia, kultur suporter Indonesia terlalu fanatik dan selalu memaksakan diri datang ke stadion meski ada larangan. Maka opsi tanpa penonton bukan pilihan bagi PSSI.

"Ada kekhawatiran kalau PSSI tetap memutar liga dengan tanpa penonton, para fans tetap akan datang berkerumun, dan itu menyalahi social distance yang sedang dijalankan pemerintah," ujar Iriawan.

"Sehingga menurut saya pilihan menunggu status darurat bencana ini sampai akhir Mei adalah pilihan yg paling realistis saat ini," kata dia menambahkan.

Jika kompetisi tidak dilanjutkan, PSSI membuka opsi menggelar turnamen pengganti saat pandemi COVID-19 di Indonesia bisa dikendalikan.

 

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2020