Jakarta (ANTARA News) - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berada dibawah Rp10.000 per dolar AS pada awal pekan ini dinilai akan berdampak pada penguatan APBN.

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Paskah Suzetta, di Jakarta, Rabu, mengatakan, penguatan tersebut terutama untuk konten yang berkaitan dengan pembayaran keluar.

"Misalnya, pembayaran hutang, pembelian minyak dan berbagai kebutuhan impor kita sehingga bisa menyeimbangkan neraca ekpor impor kita. Itu dampak dari penguatan rupiah," katanya usai melantik pejabat eselon I,II dan III di lingkungan Bappenas.

Sebelumnya, dilaporkan, Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar bank Jakarta, Senin sore menguat menjauhi angka Rp10.000 per dolar, karena bursa regional terus membaik, akibat menguat bursa Wall Street.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar mencapai Rp9.947-Rp9.955 per dolar dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.985-Rp9.995 atau menguat 38 poin.

Selain itu, penguatan rupiah juga dapat menstabilkan APBN karena kebutuhan valas berkurang, lanjutnya, paling tidak jika terus sampai menguat hingga Rp9.500 akan mampu menyeimbangkan neraca impor ekpor nasional.

Mengenai faktor pendorong penguatan rupiah, menurut Paskah, ada sejumlah faktor terutama faktor psikologis dari kepercayaan dan faktor pertumbuhan ekonomi nasional yang stabil pada level 4-5 persen.

"Hal ini berbeda dengan kondisi di berbagai negara, jadi banyak di wilayah kepercayaan psikologis disampaing kinerja pemerintahan dalam menjalankan stabilitas makro kita," katanya.

Menurut dia, kondisi tersebut, tambahnya, juga akan berdampak pada defisit anggaran yang tidak akan terlalu besar seperti APBN 2009 yang sebelumnya diproyeksikan defisit 2,5 persen tapi bisa dipertahankan pada tingkat 2,4 persen.

"Ini artinya, APBN kita bisa lebih stabil. Penguatan rupiah juga ada faktor karena dolar masih terus melemah," katanya.

Pada kesempatan itu, Paskah juga menyatakan, penguatan rupiah terhadap dolar tidak akan diikuti dengan koreksi pertumbuhan ekonomi yang mana pada 2010 tetap 5 persen dan di 2009 di tingkat 4-4,5 persen seperti yang telah ditetapkan saat ini.

Sementara itu, mengenai dampak inflasi yang ditimbulkan dari produk impor, menteri mengatakan, Indonesia telah siap menghadapi hal itu.

"Kita sudah mengalami dalam waktu beberapa bulan kemarin di 2008, kita tetap mengalami deflasi dan ini ternyata tidak berdampak, karena kita bisa mengendalikan inflasi dengan baik, rata-rata sekitar 6 persen," katanya.

Dengan demikian, lanjutnya, penguatan rupiah akan menjadikan kebutuhan untuk memenuhi kewajiban luar negeri bisa lebih baik sehingga tidak memerlukan defisit lebih besar.

"Kalau dikonversi ke rupiah, semua pembayaran dolar maka akan turun," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009