Jakarta (ANTARA News) - Ratusan simpatisan untuk pengungkapan kasus kematian aktivis hak asasi manusia (HAM) Munir, melakukan aksi unjuk rasa di depan Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Selasa.

Massa yang menamakan diri "Sahabat Munir" itu berasal dari sejumlah aktivis HAM, korban penggusuran dan korban kekerasan di Jakarta dan sekitaranya.

Kendati yang dituntut adalah pengungkapan kematian Munir namun mereka juga mengecam ketidakseriuan pemerintah untuk mengungkap sejumlah kasus pelanggaran HAM antara lain kasus Talangsari, Lampung 1989, penculikan aktivis 1998, penembakan Trisakti 1998, penembakan di Alas Tlogo Pasuruan 2007 dan Lumpur Lapindo 1997.

Di sela-sela aksi itu, aktivis dari Komite Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Krisbiantoro mendesak kepada Jaksa Agung untuk mengajukan upaya peninjauan kembali (PK) atas putusan Mahkamah Agung yang membebaskan terdakwa Muchi PR (mantan Deputi V Kepala Badan Intelijen Negara).

"Kalau Jaksa Agung tidak mampu dan tidak mau menjalankan tugas maka kami minta agar Jaksa Agung untuk meletakkan jabatan," katanya.

Selain orasi, massa juga membawa sejumlah poster berisi yang bertuliskan "Adili Muchdi Pr" dan "Adili Hendro".

Hendro yang dimaksud adalah mantan AM Hendropriyono, mantan Kepala Badan Intelijen Negara.

Aksi yang berlangsung satu jam itu diakhiri dengan menyanyikan lagu-lagu berisi tuntutannya.

Peserta yang ikut aksi tidak saja orang dewasa tapi juga anak balita yang hadir bersama para ibu.

Mahkamah Agung pada 10 Juli 2009 mengumumkan bahwa majelis hakim kasasi memvonis bebas Muchdi dari dakwaan pembunuhan Munir.

Putusan itu menguatkan vonis hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan, pada 31 Desember 2008.

Dalam kasus ini, mantan pilot PT Garuda Pollycarpus Budihari Priyanto divonis 20 tahun penjara sedangkan mantan Dirut PT Garuda, Indra Setiawan, satu tahun penjara.

Ruhainil Aini, Sekretaris Pilot Airbus A330, divonis bebas oleh majelis hakim.

Munir tewas di atas pesawat Garuda nomor penerbangan GA 974, Senin, 6 September 2004 yang terbang dari Jakarta menuju Amsterdam.

Hasil otopsi ahli forensik Belanda pada 13 Oktober 2004 menyebutkan, Munir meninggal karena dalam lambungnya terdapat racun arsenik dalam jumlah besar. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009