Jakarta (ANTARA) - Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor-Leste Owen Jenkins mengatakan pembangunan rendah karbon sebagai bagian dari build back better memberikan peluang investasi dan pilihan-pilihan kebijakan yang dapat membantu menuju masa depan lingkungan yang lebih bersih, hijau dan berkelanjutan pascapandemi COVID-19.

Jenkins dalam webinar mengenai pemulihan ekonomi dan sosial pasca-COVID-19 melalui pembangunan rendah karbon di Jakarta, Kamis, mengatakan Pemerintah Inggris memahami bahwa pemulihan pascapandemi COVID-19 memerlukan dukungan nasional dan internasional, tidak hanya dari sisi keuangan, namun juga dari sisi pilihan-pilihan kebijakan yang akan mendukung stimulasi pemulihan.

Baca juga: Pandemi COVID-19 momen untuk jalankan pembangunan rendah karbon

Ia mengatakan ancaman COVID-19 harus dihadapi bersamaan dengan menangani ancaman iklim global yang mengancam berbagai aspek kehidupan. Butuh intervensi di level nasional hingga global, bukan hanya soal memberi insentif keuangan.

Pemerintah Inggris, menurut dia, memulai dengan langkah kedaruratan, pemulihan, lalu transformasi dalam menghadapi pandemi COVID-19. Pemilihan melakukan investasi hijau dan berkelanjutan menjadi hal penting dan jika kebijakan tersebut dilaksanakan dengan benar, krisis kesehatan yang berdampak luas saat ini juga dapat dilewati.

Ia mengatakan pemulihan pascapandemi COVID-19 tidak boleh mengorbankan upaya penanganan krisis iklim, sehingga akhirnya justru dapat menciptakan ekonomi yang berketahanan.

Baca juga: Bappenas sasar pembangunan rendah karbon pasca-corona

Baca juga: Bappenas ingin RPJMN 2020-2024 adopsi ekonomi hijau


Kebijakan dibuat untuk pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19 tapi sekaligus menangani ancaman perubahan iklim, termasuk melakukan manajemen sampah dan pemenuhan pangan berkelanjutan. “Kita tidak bisa replikasi dunia yang sudah kita bangun sebelumnya”.

Pemerintah Inggris melalui UK Climate Change Unit mendukung usaha bersama pemerintah Indonesia dan para pihak termasuk dunia usaha dan sektor swasta untuk bersama-sama menanggulangi ancaman global terhadap kehidupan dan generasi kita, yaitu pandemi COVID-19 dan di saat yang sama juga menanggulangi ancaman sangat mendesak atas lingkungan dan perubahan iklim, kata Jenkins.

Godaan untuk kembali ke ekonomi tinggi karbon memang besar, namun ia mengatakan Low Carbon Development Indonesia (LCDI) yang dikeluarkan Bappenas diyakini tidak akan mengembalikan ekonomi Indonesia ke masa sebelum pandemi terjadi, sehingga pembangunan rendah karbon akan membuat ekonomi lebih berkelanjutan.

Pandemi COVID-19, menurut dia, mengubah banyak hal. Tapi, upaya mengatasi perubahan iklim tetap harus dilakukan.

Inggris, menurut dia, menjadi negara pertama yang menetapkan target batas nol emisi dari energi berasal dari batu bara di 2025. Ada komite iklim independen yang akan mengawasi face-off tersebut, dan menggantinya dengan energi angin lepas pantai.

Baca juga: Duta UNICEF: Belajar perubahan iklim dari masyarakat desa

Baca juga: Pengamat sarankan pemerintah beralih ke ekonomi hijau


Sementara itu, Direktur Lingkungan Hidup Bappenas Medrilzam mengatakan beberapa bukti ekonomi hijau dapat berkembang selaras dengan ekonomi ditunjukkan di Amerika Serikat, dimana pengembangan energi baru terbarukan (EBT) mampu menyerap tenaga kerja dan memberikan pemasukan yang meningkat dari tahun ke tahun.

Negara Bagian Pennsylvania mampu menaikkan pendapatan hingga 460 juta dolar AS dan menciptakan 44.000 lapangan kerja baru dari EBT. Sedangkan di Britania Raya pada 2014 mampu mencapai pertumbuhan 2,6 persen walaupun emisi GRK menurun 8,4 persen dengan pengelolaan EBT.

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020