Sepanjang kuartal pertama, laba bersih perseroan mencapai Rp23,42 miliar, tumbuh 1,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp23,05 miliar.
Jakarta (ANTARA) - Emiten produsen cetakan sarung tangan PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK) mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada kuartal pertama tahun ini meski di tengah pandemi COVID-19.

"Kinerja yang positif membuat perseroan mampu mempertahankan laba di kuartal satu tahun 2020. Laba ini didukung dengan strategi produksi dan efisiensi perseroan sepanjang kuartal satu tahun 2020 di tengah pandemi COVID-19," kata Presiden Direktur MARK Ridwan Goh dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Sepanjang kuartal pertama, laba bersih perseroan mencapai Rp23,42 miliar, tumbuh 1,63 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp23,05 miliar.

Baca juga: Emiten produsen cetakan sarung tangan ini donasikan masker Rp1 miliar

Perusahaan yang berdomisili di Kawasan Industri Medan Star, Deli Serdang, Sumatera Utara, itu berhasil membukukan penjualan sebesar Rp96,81 miliar pada kuartal I-2020, meningkat 9,94 persen dibandingkan dengan kuartal pertama tahun lalu sebesar Rp88,06 miliar.

Menurut Ridwan, pencapaian yang diraih oleh MARK merupakan keberhasilan perseroan menjaga tingkat efisiensi serta mempertahankan kualitas produk sesuai dengan permintaan pelanggan. Hal itu terlihat dari keberhasilan perseroan menjaga marjin laba kotor di 42,18 persen dengan nilai sebesar Rp40,84 miliar.

Laba kotor perseroan sendiri pada kuartal I-2020 naik sebesar 6,98 persen menjadi Rp40,83 miliar jika dibandingkan dengan kuartal I-2019 sebesar Rp38,17 miliar.

Sejak muncul COVID-19 di Wuhan China pada Desember 2019 dan kemudian mewabah di beberapa negara sehingga dinyatakan sebagai pandemi global oleh WHO, telah meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya kesehatan.

Baca juga: Kemenperin: Ekspor industri pengolahan naik 7 persen, bahkan surplus

Permintaan cetakan sarung tangan perseroan pada kuartal satu belum mengalami kenaikan yang begitu signifikan disebabkan masih banyaknya persediaan cadangan yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan yang bergerak pada pembuatan sarung tangan.

"COVID-19 diprediksi akan berlangsung berkepanjangan dan tentunya akan mendongkrak permintaan sarung tangan global pada kuartal kedua," ujar Ridwan.

Tren yang sama terjadi saat virus SARS mewabah pada 2002 dan 2003, permintaan sarung tangan global saat itu meningkat dari 12 persen menjadi 16 persen di mana konsumsi sarung tangan secara global bertumbuh secara konsisten dengan tingkat pertumbuhan pendapatan tahunan atau CAGR 8 hingga 10 persen per tahun.

Di sisi lain, Malaysia sebagai produsen sarung tangan karet terbesar di dunia telah menetapkan kebijakan lockdown di masa pandemi COVID-19. Pada awal penetapan kebijakan lockdown, Pemerintah Malaysia hanya mengizinkan perusahaan yang bergerak di bidang alkes untuk beroperasi dengan syarat hanya memperkerjakan tenaga kerjanya sebesar 50 persen.

Oleh karena itu, MARK sebagai pemasok 35 persen pasar cetakan sarung tangan karet di dunia dengan pasar utama Malaysia, dimana sekitar 65 persen penjualan MARK berasal dari ekspor ke Malaysia, memutuskan untuk menurunkan kapasitas produksi menjadi 600.000 pieces per bulan selama kurun waktu dua bulan dengan mengurangi jam lembur karyawan untuk mendukung program jaga jarak fisik (physical distancing).

Namun, Malaysia telah melonggarkan peraturan lockdown. Berdasarkan surat tertanggal 27 Maret 2020 kepada para anggota Asosiasi Produsen Sarung Tangan Karet Malaysia, Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri (MITI) mengizinkan pabrik-pabrik sarung tangan kembali beroperasi penuh mulai 1 April dengan syarat-syarat yang ketat untuk tetap memenuhi protokol kesehatan pencegahan COVID-19.

"Maka dari itu, saat ini karyawan MARK yang bekerja di pabrik lama telah dipindahkan sebagian ke pabrik perseroan yang baru di Jalan Utama Desa Dalu Sepuluh A dengan luas lahan berkisar 8 hektare. Hal ini tentunya membuat program physical distancing terpenuhi dikarenakan area kerja yang lebih luas sehingga pada kuartal II kapasitas produksi perseroan akan kembali normal," kata Ridwan.

Perusahaan yang sahamnya tercatat di papan utama Bursa Efek Indonesia sejak Mei 2019 itu dalam kurun waktu tiga tahun terakhir secara berturut-turut mengalami kenaikan profit yang signifikan.

Saat ini hampir seluruh negara dilanda pandemi COVID-19 yang berdampak secara global pada dunia bisnis.

"Namun kami tetap optimis dapat mempertahankan kinerja positif di tengah situasi COVID-19 pada 2020 ini," ujar Ridwan.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020