Karena itu setiap OTG perlu diwaspadai, tapi tidak dalam pengertian dikucilkan atau disikapi secara berlebihan
Banda Aceh (ANTARA) - Tim Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Pemerintah Aceh mengatakan warga di provinsi itu perlu waspada terhadap pergerakan orang tanpa gejala (OTG) terkait virus corona jenis baru penyebab COVID-19  setelah dua orang warga berstatus OTG terkonfirmasi positif.

Juru bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Pemerintah Aceh Saifullah Abdulgani, Sabtu, di Banda Aceh mengatakan bahwa selain orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP), juga terdapat OTG yang memiliki potensi sebagai pembawa virus corona.

"Karena itu setiap OTG perlu diwaspadai, tapi tidak dalam pengertian dikucilkan atau disikapi secara berlebihan," katanya.

Dia menjelaskan, OTG merupakan warga yang memiliki riwayat bepergian ke daerah penularan, atau berkontak langsung dengan penderita COVID-19, namun sosok OTG itu tidak menunjukkan gejala, meski telah terinfeksi dengan virus corona.

Atas dasar itu, lanjut dia, masyarakat Aceh diminta untuk senantiasa waspada, menjaga jarak fisik, tidak berkumpul di tempat ramai, selalu memakai masker ketika aktivitas keluar rumah, dan disiplin mencuci tangan dengan sabun.

Saifullah menyampaikan bahwa terdapat dua pasien OTG yang dinyatakan positif virus corona di Aceh, yakni pertama warga asal Bener Meriah berinisial AR, 13 tahun, yang merupakan santri dari dari klaster Magetan, Temboro, Jawa Timur.

"Itu tidak menunjukkan gejala infeksi virus corona yang serius hingga ia dinyatakan sembuh, usai dirawat di RSUD Manyang Kute, Kabupaten Bener Meriah, beberapa waktu yang lalu," katanya.

Kemudian, kata dia, OTG yang kedua yakni warga asal Banda Aceh berinisial I, 38 tahun, memiliki riwayat perjalanan ke daerah penularan lokal di Sumatera Utara, namun tidak menunjukkan gejala infeksi virus corona, bahkan kondisinya secara umum juga sehat.

Menurutnya, pasien COVID-19 ke 20 itu diketahui positif secara kebetulan, yakni ketika pasien I ingin melakukan perjalanan ke luar Aceh, selanjutnya melakukan uji sampel swab secara mandiri guna memperoleh surat keterangan bebas COVID-19.

"Hasil analisa cairan tenggorokan dan hidungnya dengan  polymerase chain reaction (PCR) di Balai Litbangkes Aceh, ternyata I terkonfirmasi positif COVID-19," katanya.

Pihaknya yakin bahwa I terjangkit bukan hasil dari penularan lokal, namun karena memiliki riwayat perjalanan ke wilayah zona merah. Sosok I diketahui kembali ke Aceh pada Selasa (19/5) 2020  atau dua hari sebelum wilayah perbatasan Aceh-Sumut ditutup.

“Kini I menjalani perawatan di ruang isolasi Pinere RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh. Keluarga I dan orang yang pernah melakukan kontak secara langsung dengannya akan diperiksa sesuai standar penanganan COVID-19," katanya.

"Kasus I dan AR contoh saja, orang yang secara fisik terlihat sehat, tapi dapat menularkan virus corona itu,” demikian Saifullah Abdulgani.

Baca juga: Aceh laporkan dua pasien sembuh dan satu OTG positif corona

Baca juga: Balitbangkes Aceh telah periksa 312 swab, hasilnya 17 positif corona

Baca juga: Dua hari tak ada penambahan positif COVID-19 di Aceh

Pewarta: Khalis Surry
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020