Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini melakukan berbagai upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19 di Ibu Kota Provinsi Jatim, salah satunya dengan menekankan tracing (pelacakan) dan pemetaan suatu wilayah secara masif.

Tri Rismaharini, di Surabaya, Rabu, mengatakan ketika pihaknya pertama kali menerima data seseorang dinyatakan positif COVID-19, maka yang dilakukan saat itu adalah melakukan tracing.

"Jadi kami punya beberapa klaster yang ada di Surabaya. Kita tracing, siapa dia, ketemu di mana, kemudian siapa saja di situ," kata Risma.

Dari hasil tracing itu, lanjut dia, kemudian ditemukan orang dengan resiko (ODR). Dari dasar data tersebut, Pemkot Surabaya mendetailkan siapa saja atau keluarga yang ada di situ.

Ia mencontohkan dalam satu perusahaan setelah dilakukan test ditemukan 1 orang positif, maka satu orang itu langsung dilakukan tracing untuk seluruh keluarganya.

"Dan orang itu kita masukkan sebagai ODR," katanya.

Setelah itu, kata dia, dokter mendatangi rumahnya dan melakukan pemeriksaan. Jika kondisinya berat, maka dimasukkan ke rumah sakit. Namun, jika kondisinya tidak berat orang tersebut dibawa ke Hotel Asrama Haji untuk isolasi.

Baca juga: Risma : Warga Surabaya mampu amalkan nilai Pancasila saat pandemi

Namun demikian, ia mengaku ada beberapa yang tidak mau karena mereka menyatakan tidak positif dan ingin melakukan isolasi mandiri di rumah.

"Nah ketika melakukan isolasi mandiri di rumah itu, kami memberikan makan supaya mereka tidak keluar (rumah). Setiap hari kelurahan mengirim makan 3 kali sehari. Siangnya kita berikan telur dan jamu. Itu mereka isolasi mandiri. Kadang-kadang ada vitamin," ujarnya.

Selain itu, Risma menyatakan saat ini pihaknya terus gencar melakukan rapid test (tes cepat) massal dan swab di beberapa lokasi yang dinilai ada pandemi.

Untuk itu, ia mengucapkan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Badan Intelijen Negara (BIN), dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) karena telah membantu kebutuhan alat pelindung diri (APD) hingga alat kesehatan kepada Pemkot Surabaya.

Sebab, ketika di awal, Risma mengaku sedikit kesulitan karena keterbatasan alat kesehatan itu. "Jadi kita lakukan rapid test massal di beberapa tempat. Kadang lokasinya di sepanjang jalan, kadang pula di masjid dan sebagainya. Sampai hari ini rapid test kurang lebih sebanyak 27.000 orang," katanya.

Baca juga: Kepala BNPB resmikan Rumah Sakit Lapangan COVID-19 di Surabaya
Baca juga: Doni imbau pasien sembuh COVID-19 donorkan plasma darah


Upaya yang dilakukan Wali Kota Risma dan jajaran Pemkot Surabaya selama ini sempat mendapatkan apresiasi dari Menteri Kesehatan (Menkes) RI Terawan Agus Putranto dan Kepala BNPB Doni Monardo saat berkunjung ke Balai Kota Surabaya, Selasa (2/6).

Menkes Terawan Agus Putranto mengaku kagum dengan cara yang dilakukan Pemkot Surabaya dalam upaya memutus mata rantai penyebaran COVID-19. Untuk itu, Menkes menyatakan siap mendukung penuh Pemkot Surabaya dalam upaya percepatan penanganan COVID-19.

Hal sama juga dikatakan Kepala BNPB Doni Morando. Ia menyampaikan kehadirannya di Surabaya ini atas instruksi langsung dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memberikan dukungan penuh kepada masyarakat Jawa Timur, khususnya Kota Surabaya.

"Kami mengikuti terus perkembangan Kota Surabaya. Jadi langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh Kota Surabaya saya rasa ini sudah sangat baik," kata Doni.

Baca juga: BIN bantu 120 ribu masker untuk penanganan COVID-19 di Surabaya
Baca juga: Risma: UMKM Surabaya bisa bertahan di tengah pandemi COVID-19


 

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2020