Jumlah wisatawan asal Swedia dari tahun ke tahun terus meningkat
London (ANTARA) - Banyak keberhasilan yang dicapai Duta besar Bagas Hapsoro di akhir karirnya sebagai Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia diantaranya bidang pariwisata, investasi dan pembangunan berkelanjut.

Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh untuk Kerajaan Swedia dan Republik Latvia Bagas Hapsoro mengatakan jumlah wisatawan Swedia berlibur ke Indonesia dan investasi Swedia di Indonesia mengalami kenaikan yang signifikan sejak 2016

Di dunia pariwisata, Dubes Bagas yang pernah bertugas sebagai Dubes di Libanon juga berhasil dalam meningkatkan jumlah wisatawan Swedia berlibur ke Indonesia dan investasi Swedia di Indonesia pun mengalami kenaikan yang signifikan sejak 2016.

“Jumlah wisatawan asal Swedia dari tahun ke tahun terus meningkat. Sampai Desember 2019 sekitar 56.380 turis Swedia berkunjung ke Indonesia,” ujar Bagas kepada ANTARA London, Kamis.

Pada tahun 2015 jumlah wisatawan Swedia berlibur ke Indonesia sebanyak 37.555 orang meningkat menjadi 54.262 orang pada tahun 2016 dan pada tahun 2017 sempat turun menjadi 51.423 orang dan pada tahun 2018 sebesar 50.380 orang namun pada 2019 naik menjadi 56.000 orang.

Dalam upaya meningkatkan jumlah wisatawan Swedia, ujarnya KBRI Stockholm menggelar serangkaian kegiatan Business to Business Meeting di bidang pariwisata, untuk mempertemukan pelaku usaha travel agent, tour operator wisata dari Swedia dan Indonesia, ujarnya.

Ia mengemukakan bangsa Swedia senang berlibur ke daerah yang beriklim hangat dan kaya akan budaya dimana setiap tahun rata-rata setiap orang Swedia berlibur dua kali ke luar negeri dalam satu tahun.

Baca juga: Swedia taruh perhatian besar pada energi terbarukan Indonesia

Baca juga: Mahkota kerajaan Swedia dicuri dari Katedral Strangnas


"Pada tahun 2019 jumlah outbound tourist Swedia berjumlah lebih dari 18 juta jiwa atau hampir dua kali jumlah penduduk Swedia."

Selain itu, masa cuti tahunan orang Swedia selama enam minggu. Sehingga mereka tidak segan-segan berpergian ke tempat yang jauh mengingat memiliki masa liburan yang panjang. Terlebih lagi, mereka memiliki daya beli tinggi dengan rata-rata pengeluaran per visit (7 hari) sekitar 1.400 dolar AS.

Terkait investasi Dubes Bagas Hapsoro mengatakan data dari BKPM, investasi Swedia di Indonesia mengalami fluktuasi, dan kecenderungan meningkat, dalam semester pertama tahun 2019 mengalami kenaikan, mencapai  21,8 juta dolar AS.

Sedangkan di akhir tahun 2018 tercatat investasi Swedia sebesar 16,8 juta dolar AS, ujar pria kelahiran Yogyakarta. Apalagi pada tahun 2020 ini Indonesia dan Swedia merayakan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara.

Di bidang pembangunan berkelanjutan, Bagas Hapsoro  mengakui Pemerintah Swedia mengapresiasi penggunaan minyak sawit Indonesia untuk pembangunan yang berkelanjutan.

“Begitu tertariknya Swedia kepada Sustainable Development Goals (SDGs) 2030, sehingga  Pemerintah Swedia mendanai riset yang dilakukan oleh Royal Institute of Technology, Universitas di Stockholm, yang melakukan kajian mengenai studi pemanfaatan bio-energi untuk pembangunan,” katanya.

Bahkan, seorang Ahli Indonesia Dr. Fumi Harahap dipercaya untuk mengemban studi pemanfaatan bio-energi untuk pembangunan di Royal Institute of Technology, Universitas di Stockholm.


Pendekatan ilmiah

Ketika Covid-19 menyerang Eropa, Swedia dianggap “nyeleneh”. Tidak menerapkan kebijakan lockdown seperti negara Eropa lainnya. Bahkan orang bertanya apakah Swedia mulai menerapkan kebijakan herd immunity (kekebalan tubuh).

 “Saya sering mendengar pembicaraan diantara para diplomat asing. Mengapa Swedia menjadi satu-satunya negara di Skandinavia malah memilih tidak menerapkan kebijakan karantina wilayah/lockdown sejak awal? Apa alasannya pemerintah tak memberlakukan lockdown?

Pemerintah Swedia melancarkan strategi untuk mengendalikan Covid-19 dan minta warganya mengubah perilaku, dan tidak perlu se-ekstrim negara lainnya dengan menutup kegiatan ekonomi.         

Meskipun banyak restoran buka dan anak-anak juga masih tetap ke sekolah namun pemerintah Swedia, menganjurkan warga tidak melakukan aktivitas yang tidak penting di luar dan bekerja dari rumah lebih diutamakan.

Jumlah penderita Covid-19 hingga Senin (8/6), Public Health Agency Swedia mengkonfirmasi sebanyak 44.730 orang pengidap coronavirus dan sebanyak 4.659 korban meninggal dan sebanyak 4.971 orang yang sembuh.

Pemerintah Swedia melakukan pendekatan ilmiah, dalam upaya menanggulangi  pandemi bukan perdebatan politik meskipun jumlah penderita corona di Swedia cukup tinggi ketimbang negara Skandinavia lainnya.

Pemerintah Swedia berpandangan bahwa semua harus mengacu kepada Konstitusi Swedia yang memberikan kewenangan kepada Badan Kesehatan Masyarakat (Swedish Public Health Agency) Swedia mengeluarkan peraturan dan protokol kesehatan atas dasar rekomendasi para pakar dan ilmuwan.

Menurut Bagas yang pernah menjadi Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN terdapat kepercayaan yang tinggi  masyarakat Swedia terhadap pemerintah mereka. “Itulah yang diyakini mendorong mereka secara sukarela menjalankan anjuran otoritas,” ujar Bagas yang penugasan  di Kementerian Luar Negeri terakhir adalah  Staf Ahli Menteri Luar Negeri urusan Manajemen dari 2014 – 2015.

 Menurut Bagas, membiarkan warga menjaga kesehatan mental dan fisik meyakinkan pemerintah Swedia menghindari peraturan yang memaksa warga mereka terkurung di rumah.

Bagas Hapsoro yang mengawali karir sebagai diplomat pada Perwakilan Tetap RI di New York pada tahun 1987 – 1991 menyebutkan alasan pemerintah Swedia tidak memberlakukan lockdown, apalagi media dan parpol Swedia tidak “ribut-ribut ”menyampaikan kebijakan no lockdown.


Baca juga: Putri Sofia jadi relawan medis COVID-19 di rumah sakit di Swedia

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020