Jakarta (ANTARA) - Perusahaan telekomunikasi AT&T akan memangkas sedikitnya 3.400 pekerjanya, yang sebagian besar adalah teknisi dan pekerja klerikal, di seluruh Amerika Serikat dalam beberapa pekan mendatang.

Selain itu, perusahaan berencana untuk secara permanen menutup lebih dari 250 toko AT&T Mobility dan Cricket Wireless, yang memengaruhi 1.300 pekerja ritel, Pekerja Komunikasi Amerika (Communications Workers of America/CWA) mengatakan, Selasa (16/6) waktu setempat.

Pengurangan pekerja ini terjadi karena orang Amerika menjadi semakin tergantung pada layanan komunikasi yang andal dan krisis COVID-19 telah mengungkapkan kesenjangan signifikan dalam ketersediaan broadband, terutama di daerah pedesaan.

CWA mengungkapkan rencana pengurangan pekerja di AT&T ini setelah mereka mendapatkan pemberitahuan resmi dari salah satu operator seluler terbesar AS tersebut.

Bulan lalu, dalam wawancara dengan media global, CEO AT&T Randall Stephenson menggambarkan krisis COVID-19 sebagai "masa perang".

Stephenson melanjutkan dengan mengatakan, "Semua orang perlu melangkah dan melakukan bagian mereka, dalam hal bagaimana kami membantu populasi umum dan masyarakat umum."

AT&T, menurut CWA, menunjukkan minat untuk berinvestasi pada pekerja dan jaringannya dengan membatalkan pembelian kembali saham yang direncanakan.

"AT&T dapat membantu memimpin negara menuju pemulihan dengan bermitra dengan tenaga kerjanya untuk membangun jaringan generasi berikutnya. Sebaliknya, perusahaan menambah rasa sakit dari resesi yang sudah berlangsung," kata Presiden Pekerja Komunikasi Amerika Chris Shelton.

Joe Snyder, Presiden CWA Local 4302 di Akron, Ohio, yang telah menjadi teknisi AT&T selama 25 tahun, mengatakan bahwa sepertinya AT&T mendorong untuk mempekerjakan kontraktor bergaji rendah yang tidak memiliki pelatihan, pengalaman, dan komitmen yang sama dengan anggota CWA.

Menurut CWA, AT&T dan beberapa perusahaan lain berada di bawah pengawasan karena gagal menepati janji mereka untuk menggunakan insentif pajak pada Tax Cut and Jobs Act yang mulai berlaku pada 2018 untuk menciptakan lapangan kerja, menaikkan upah dan meningkatkan investasi dalam infrastruktur.

CEO AT&T Randall Stephenson berjanji untuk menciptakan 7.000 lapangan kerja baru jika pemotongan pajak perusahaan yang diterbitkan Presiden Trump diberlakukan.

Alih-alih, peninjauan laporan kuartalan, AT&T telah memangkas lebih dari 41.000 pekerja, tidak termasuk pemotongan yang direncanakan dan diumumkan baru-baru ini.

Baca juga: Perusahaan internet asing di Rusia bakal dikenakan biaya penyimpanan data

Baca juga: Investor "net selling" harga saham telekomunikasi tertekan

Baca juga: Provider internet Inggris sepakat hapus pembatasan kuota selama corona

Pewarta: Suryanto
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020