Pandemi COVID-19 telah menimbulkan gangguan ekonomi signifikan di dunia dan di Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Bank Pembangunan Asia (ADB) memperkirakan ekonomi Indonesia akan terkontraksi dan tumbuh negatif 1 persen pada 2020 karena terpengaruh oleh dampak COVID-19.

"Pandemi COVID-19 telah menimbulkan gangguan ekonomi signifikan di dunia dan di Indonesia," kata Direktur ADB untuk Indonesia Winfried Wicklein dalam pernyataan di Jakarta, Kamis.

Wicklein mengatakan pandemi COVID-19 telah mengakibatkan dampak paling berat terhadap lapangan kerja dan penghidupan, terutama bagi kelompok masyarakat yang paling rentan.

Oleh karena itu, pelaksanaan kebijakan secara tepat waktu, seperti program pemulihan ekonomi, bermanfaat untuk meningkatkan kinerja ekonomi dan melindungi kesejahteraan rumah tangga.

Dalam laporan tambahan yang dirilis untuk memperbarui publikasi ekonomi tahunan Asian Development Outlook (ADO) 2020, ADB memperkirakan ekonomi Indonesia dapat kembali tumbuh 5,3 persen pada 2021.

Proyeksi yang positif itu didukung oleh bertambahnya belanja tidak wajib rumah tangga, membaiknya iklim investasi, dan mulai pulihnya perekonomian dunia.

Ekonom ADB untuk Indonesia Emma Allen menambahkan masih terdapat ketidakpastian dalam perekonomian Indonesia, meski ada pelonggaran pembatasan mobilitas pada awal Juni 2020.

Meski demikian, program pemulihan ekonomi yang didukung penggunaan teknologi dapat mendorong adanya inklusi keuangan dan memperkuat rantai nilai global.

"Kami mengapresiasi upaya pemerintah yang tepat waktu untuk meningkatkan investasi demi mendukung distribusi yang adil atas infrastruktur digital," ujarnya.

Ia menambahkan investasi di sektor digital dengan mendorong penelitian dan pengembangan, mengintegrasikan manajemen data, serta mengembangkan talenta dapat memperkuat prospek ekonomi ke depan.

Dalam laporan itu, ADB juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik pada 2020 sebesar 0,1 persen atau menurun dari perkiraan April sebesar 2,2 persen.

Proyeksi ini juga merupakan perkiraan pertumbuhan ekonomi terendah di kawasan sejak 1961.

Negara lainnya di Asia Tenggara seperti Filipina dan Thailand juga akan terkontraksi masing-masing 3,8 persen dan 6,5 persen, atau lebih berat dari Indonesia.

Terbatasnya arus perdagangan dan menurunnya jumlah wisatawan juga memperburuk proyeksi perekonomian kawasan secara substantial.

Namun, pertumbuhan ekonomi regional diperkirakan akan naik menjadi 6,2 persen pada 2021 atau belum mengalami perubahan seperti proyeksi pada April.

Sementara itu, Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2021 diperkirakan akan tetap berada di bawah taraf yang tadinya diharapkan dan berada dibawah tren sebelum krisis.

Baca juga: ADB setujui pinjaman 300 juta dolar AS untuk pembangkit panas bumi

Baca juga: RI berharap pinjaman 1,5 miliar dolar dari ADB cair Mei dan Juni

Baca juga: ADB sebut pemberian stimulus hingga Rp436 triliun sudah tepat

 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020