Geliat pasar mamin pascapandemi COVID-19 di Jepang tentunya membuka peluang ekspor para pelaku usaha Indonesia
Jakarta (ANTARA) - Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan pemerintah mengintensifkan ekspor produk makanan dan minuman (mamin) olahan RI ke pasar Jepang yang ditunjukkan dengan meningkatnya penjualan produk mamin di negara Sakura selama masa pandemi COVID-19 yang mencapai 200 persen.

“Besarnya pasar mamin di Jepang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Geliat pasar mamin pascapandemi COVID-19 di Jepang tentunya membuka peluang ekspor para pelaku usaha Indonesia. Peluang inilah yang perlu digarap dengan serius,” kata Agus Suparmanto di Jakarta, Kamis.

Untuk itu, lanjut Agus, Kementerian Perdagangan terus mendorong pemanfaatan peluang pasar ekspor mamin di Jepang dengan menggelar seminar web (webinar) bertajuk “Market Access: Food and Beverages”.

Webinar itu terselenggara atas kerja sama Kementerian Perdagangan melalui Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (PPEI) Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional bekerja sama dengan KJRI di Osaka dan Perwakilan Perdagangan di Jepang (Atase Perdagangan Tokyo dan ITPC Osaka) dan Perwakilan Bank Indonesia di Tokyo.

Seminar web tersebut juga menghadirkan importir produk mamin Jepang sebagai narasumber. Sebanyak lebih dari 100 peserta berpartisipasi dalam webinar tersebut. Para peserta merupakan pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) yang terseleksi dan terpilih, serta telah mendapatkan pelatihan ekspor dari PPEI Kemendag.

Sementara itu Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kasan juga mengajak para pelaku UKM untuk terus optimistis.

“Kami yakin pelaku UKM tetap optimistis dan menjadikan krisis ini sebagai momentum yang baik untuk melakukan akselerasi sehingga dapat memanfaatkan peluang ekspor ke pasar Jepang secara optimal,” jelasnya.

Kepala Balai Besar PPEI Noviani Vrisvintati menambahkan webinar ini untuk memberikan pengetahuan mengenai akses pasar ke Jepang bagi pelaku UKM Indonesia untuk sektor mamin.

“Diharapkan, usai webinar ini ke depannya dapat berlanjut ke rangkaian penjajakan kesepakatan dagang (business matching) dan misi dagang virtual dengan menghadirkan buyer potensial agar dapat menghasilkan transaksi dagang bagi para pelaku ekspor, khususnya UKM," jelas Noviani saat membuka webinar.

Untuk dapat menembus pasar Jepang, Noviani menyampaikan sejumlah hal yang perlu diperhatikan para pelaku usaha Indonesia.

"Pelaku usaha di Indonesia diharapkan dapat mengidentifikasi selera pasar di Jepang, mempersiapkan standardisasi dan sertifikasi berkaitan produk pangan olahan seperti izin BPOM dan HACCP untuk terjamin keamanan produknya, menjaga kualitas produk, sanitasi dan higienitas, perlunya uji kandungan nutrisi untuk persyaratan label, kesiapan kapasitas produksi, dan kecepatan merespons permintaan calon buyer," ungkapnya.

Baca juga: Mendag sebut peluang ekspor ke Jepang kembali terbuka lebar
Baca juga: Sulteng ekspor perdana tuna sirip kuning ke Jepang
Baca juga: Atase: RI berpeluang besar isi produk halal, ikan, dan kopi di Jepang


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020