Bogor (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengajak pihak swasta untuk ikut terlibat dalam pengembangan cagar Biosfer di kawasan Bogor, karena kota Bogor memiliki cagar Biosfer yang cukup banyak sehingga menjadi daya tarik tersendiri dan dapat menarik wisatawan mancanegara untuk datang ke Indonesia.

Kepala Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, Prof Dr Endang Sukarna menyebutkan peluang untuk mengembangkan kota Bogor sebagai cagar Biosfer cukup besar

"Peran swasta sangat dibutuhkan, mengingat pengembangan ini memerlukan dana yang cukup besar. Kita mengajak pihak swasta untuk ikut terlibat," katanya kepada Antara di Bogor, Sabtu

Endang menyebutkan Bogor memiliki kekayaan alam hayati cukup banyak, ekosistem dan geografi kota dan Kabupaten Bogor menunjang untuk sebagai cagar Biosfer. LIPI lewat Kebun Raya nya telah mewujudkan hal ini tinggal masalah promasi memerlukan peran serta dari pihak swasta

"Sebuah penelitian membutuhkan dana, jika hanya mengharapkan dana pemerintah akan sangat terbatas. Maka kita melihat peluang lewat pihak swasta," ucapnya

Pihak LIPI sendiri telah melakukan penjajakan beberapa wilayah, yang saat ini tengah dilakukan kerjasama baru di wilayah Riau

"Untuk Jawa sudah ada sebagian yang jalan tapi cakupannya belum pengelolaan biosfer. Sudah ada satu yang behasil kita ajak di Provinsi Riau tepatnya di Pelalawan. Kita jalin kerjasama dengan PT Sinar Mas dalam mengelola lahan konservasi di hutan Giam Siak Kecil," jelasnya.

Endang mengatakan rencana pengelolaan ini beradaptasi dari Singapuran, Malaysia, Philipina dan Thailand, yang menjadikan hutan lindung sebagai wisata alam menarik turis.

"Rencananya lewat kerjasama ini nantinya, LIPI akan mendaftarakan kawasan Bogor ke Unesco sebagai satu diantara 553 cagar Biosfer dunia yang terdapat di 5 negara," katanya

Dengan terdaftarnya di Unesco, LIPI dan swasta bersama-sama mengembangkan menjadi pusat wisata

"Seperti disini ada kebun teh, kita akan ajak pabrik teh untuk mengembangkan sebagai industri teh, kita juga bisa menjadikan bisnis advertising dengan photo-photo alam dicetak dalam bentuk brosur dan pakaian untuk dipasarkan," jelasnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009