Jakarta (ANTARA) - Mengonsumsi berbagai informasi mengenai pandemi virus corona, misalnya jumlah kasus COVID-19 yang selalu bertambah bisa menimbulkan rasa kalut akibat ketidakpastian yang terus menerus.

Stres itu wajar dan tidak berbahaya, asal bisa diatasi secara positif.

"It's okay kalau merasa lagi enggak baik-baik saja. Stres kecil tidak apa-apa, jangan panik sama stres," kata psikolog Analisa Widyaningrum dalam seminar Edukasi "Adaptasi Kebiasaan Baru: Cara Baru Gaya Hidup, Cara Baru Saling Jaga", Rabu.

Dia menuturkan, cara mengatasi rasa stres adalah mengubah pola pikir sehingga rasa tertekan bisa dihadapi dengan baik.

Baca juga: Apakah menarik napas dalam-dalam bisa mengurangi rasa panik?

Baca juga: Psikiater: Redakan stres saat pandemi agar tak terjerumus narkoba


Jika sulit mengubah pola pikir, pilihan lainnya adalah mengubah perilaku agar tingkat stres menurun.

Kenali apa faktor pencetus stres, kemudian hindari agar rasa kalut tidak melanda. Bila stres muncul akibat terlalu sering mengonsumsi informasi COVID-19 dari berbagai sumber, coba kurangi agar pikiran menjadi lebih tenang.

"Selama kita mengubah perilaku menjadi lebih produktif dan positif, pikiran juga akan ikut positif," kata dia.

Kondisi yang serba tidak tentu dapat membuat seseorang merasa cemas, kata dia, namun sebaiknya kecemasan itu dihadapi secara bijak.

Ana mengingatkan untuk kritis dalam menerima informasi. Sebelum panik akibat membaca berita, coba telusuri dulu sumbernya dan hadapi dengan pikiran kritis.

Hal yang tak kalah penting adalah menjaga kesehatan dan keamanan diri sendiri serta orang lain dengan menerapkan protokol kesehatan. Memakai masker, rajin cuci tangan dan menjaga jarak adalah hal yang bisa dikendalikan oleh seseorang.

Dia menambahkan, lakukan hal yang bisa dikontrol dan berhenti berusaha mengendalikan situasi yang ada di luar kontrol karena bisa menimbulkan stres.

Baca juga: Psikolog: orang tua tak perlu memaksakan diri jadi guru

Baca juga: Stres corona? awas psoriasis bisa kambuh

Baca juga: Stres saat pandemi, bukan alasan untuk lakukan kekerasan pada anak

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020