Jakarta (ANTARA) - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan Aksi Bersih Kawasan Konservasi dan Penanaman Pohon di Taman Wisata Alam (TWA) Angke Kapuk memperingati Hari Konservasi Alam Nasional.

Kegiatan yang berkaitan dengan Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) itu diikuti lebih kurang 226 orang dengan penerapan protokol kesehatan masa Pandemi COVID-19. Aksi bersih itu juga dilaksanakan secara serentak di kawasan konservasi di seluruh Indonesia.

Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Senin, mengatakan aksi bersih dan penanaman pohon di TWA Angke Kapuk dengan vegetasi hutan mangrove tersebut sekaligus mengkampanyekan kepada masyarakat terkait pentingnya keberadaan hutan mangrove untuk melindungi kehidupan manusia.

Baca juga: Pemerintah Bangka Belitung berupaya pulihkan kawasan hutan mangrove

Indonesia ia mengatakan, memiliki 3,3 juta hektare (ha) hutan mangrove dan merupakan yang terbesar di wilayah tropis.

Mangrove juga disebut memiliki berbagai macam fungsi salah satunya barier penghambat tsunami. Daerah yang mangrovenya bagus ternyata mengalami kerusakan yang minimal jika ada tsunami.

Selanjutnya pohon mangrove juga berfungsi untuk squestrasi atau penyimpan karbon. "Simpanan karbon terbesar itu ada di tanah mangrove, lebih besar 4 kali lipat dari terestrial atau daratan," ujar dia.

Mangrove, kata Alue, juga dapat mencegah intrusi air laut ke darat, memfilter racun-racun dari limbah B3 dan mengandung enviromental service atau jasa lingkungan berupa keindahan alam dan kesegaran, juga potensial sebagai ekowisata.

TWA Angke Kapuk itu disebutnya juga merupakan contoh keberhasilan rehabilitasi mangrove dari sejarahnya dahulu adalah bekas areal tambak.

Baca juga: Raih penghargaan KLHK, Aceh Timur mesti giatkan jaga upaya konservasi

Sementara itu, Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Wiratno mengatakan pelaksanaan HKAN 2020 disebutnya menjadi momentum perayaan nasional yang sangat bersejarah karena dilaksanakan ditengah-tengah mewabahnya virus corona baru yang menjadi pandemi di seluruh negara di dunia.

"Pandemi COVID-19 tidak hanya mengakibatkan krisis di bidang kesehatan tetapi juga berdampak pada seluruh aspek terutama dibidang ekonomi termasuk sektor pariwisata alam," ujar dia.

Oleh karenanya Wiratno mengatakan jika upaya reaktivasi kawasan konservasi menjadi salah satu bentuk pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19, namun dengan pengaturan ketat untuk mencegah penyebaran virus COVID-19.

“Reaktivasi diharapkan dapat mendukung kegiatan pariwisata alam dengan mengusung konsep forest for healing yang berakar kuat dari sikap hidup dan budaya living with nature yang tidak mengedepankan jumlah kunjungan, namun justru quality tourism," ujar dia.

Baca juga: Ibu Negara lepasliarkan elang bondol di Hari Konservasi Alam Nasional
Baca juga: LIPI kembangkan aplikasi MACADA untuk pantau ekosistem mangrove
Baca juga: 18 persen dari 3 juta ha hutan bakau di Indonesia rusak, sebut KLHK


Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020