Jakarta (ANTARA) - Meski tengah menjalani suasana berbeda akibat Pandemi COVID-19, peringatan HUT ke-75 RI tetap akan meriah melalui apa itu yang disebut realitas virtual.

Pernyataan itu ditegaskan Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Widodo Muktiyo dalam talk show ‘Newscast’ CNN Indonesia TV yang dipandu Putri Ayungingtyas, Senin (10/8).

“Kami sedang mengkonsolidasikan ke kementerian, lembaga dan daerah, bahwa 17 Agustus kali ini kita harus gembira melalui virtual. Ada realitas lain di luar realitas sosial, yakni realitas virtual, termasuk pada prosesi Upacara Bendera 17 Agustus di Istana Merdeka,” kata Widodo dikutip dari siaran pers di Jakarta, Selasa.

Ia menyatakan, upacara bendera di Istana Merdeka secara total akan berlangsung secara virtual. “Yang ikut di Istana akan dibatasi, tetapi kami mengundang masyarakat luas untuk mengikuti upacara bendera secara virtual. Kami siapkan tempat untuk 17.845 peserta upacara virtual,” papar Widodo Muktiyo.

Baca juga: 17.845 tempat disiapkan untuk peserta upacara kemerdekaan RI virtual
Baca juga: Kemenkominfo: Meriahkan HUT Ke-75 RI dengan taat protokol kesehatan
Baca juga: Perlindungan data pribadi sangat penting di era disrupsi digital


Guru besar Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Sebelas Maret ini menggarisbawahi bahwa peringatan 75 Tahun Indonesia Merdeka menjadi momentum untuk mengulik optimisme menuju ‘Indonesia Maju’.

“Presiden Jokowi menjadi lokomotif membawa bangsa ini menuju kemajuan, dan itu diikuti semua pihak. Termasuk saat mengeluarkan Pepres 82/2020 untuk memastikan keseimbangan penanganan kesehatan dan Pemulihan Ekonomi Nasional sebagai dampak COVID-19,” jelasnya.

Terkait maraknya hoaks di masa pandemi, Widodo memaparkan bahwa pemerintah terus berupaya keras memantau dan melakukan upaya mengatasi berita-berita palsu dari media sosial maupun antar percakapan kelompok di telepon pintar.

“Hoaks mempengaruhi betul perilaku masyarakat. Kita harus berantas benar penyakit ini,” katanya.

Widodo mengingatkan, jangan sampai kita terkena tsunami informasi dan pandemi ini diikuti oleh infodemik, yakni terjadinya informasi berlebih akan sebuah masalah, sehingga kemunculannya dapat mengganggu usaha pencarian solusi terhadap masalah tersebut.

“Untuk itulah, Kementerian Kominfo melakukan narasi yang terintegrasi. Narasi positif ini kita kemas multiplatform, baik melalui media konvensional, media sosial dan juga melalui masyarakat berbasis komunitas. Ujungnya, masyarakat memiliki kepercayaan pada informasi yang sehat dan benar,” kata Widodo.

Enam bulan di masa COVID-19, Widodo menyimak adanya beberapa perubahan positif di masyarakat, misalnya berkembangnya gaya hidup sehat, gaya hidup konektivitas dan gaya hidup solidaritas.

“Itu yang kita olah sedemikian rupa dalam konteks koeksistensi, antara kita sebagai masyarakat yang harus bekerja produktif tapi aman terhadap COVID-19,” terangnya,

Widodo juga menegaskan, COVID-19 tak boleh membuyarkan mimpi Indonesia menjadi negara maju saat negeri ini berusia seabad pada 2045. Saat berusia 100 tahun itulah, Indonesia bertekad masuk dalam lima besar negara dengan kekuatan ekonomi dan peradaban terbaik dunia.

“Kita harus berani membangun mimpi-mimpi dalam harapan budaya itu. Berprasangka baik bahwa kita bisa menyelesaikan tantangan ini,” katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia Djayadi Hanan menegaskan bahwa pemerintah memiliki modal yang kuat untuk mengajak masyarakat secara bersama-sama mengatasi pandemi COVID-19.

“Berbagai jajak pendapat akhir-akhir ini menyatakan, tingkat kepercayaan masyarakat pada pemerintah dan presiden untuk membawa kita keluar masih sangat tinggi, masih di atas 65-70 persen,” katanya.

Selain itu, di balik keterpurukan ekonomi yang diakui 70-80 persen masyarakat kita, publik masih cukup rasional untuk tidak sepenuhnya menyalahkan pemerintah.

“Ini modal besar bagi pemerintah untuk mengeksekusi rencana-rencananya, memperbaiki yang kurang, serta berfokus pada tiga hal: kesehatan, ekonomi, dan pendidikan,” kata dosen Universitas Paramadina itu.

Djayadi mengungkapkan, narasi optimistis bisa dibangun tapi harus berdasar realitas, terutama bagaimana saat penanganan COVID-19 menunjukkan kemajuan berarti dan arah yang jelas dari pemerintah dan publik maupun masyarakat.

“Yang penting saat ini, trust atau kepercayaan kepada pemerintah harus benar-benar dijaga. Kepercayaan tidak akan terbangun jika antar pemerintah simpang siur satu sama lain, misalnya,” terangnya.

Adapun selebritas yang juga Ketua Umum Siberkreasi Yosi Mokalu menekankan, pada situasi pandemi COVID-19 ini justru para artis dan musisi menunjukkan solidaritasnya.

“Pada industri hiburan yang sangat terpukul di masa pendemi inilah terlihat hal yang nyata dari ungkapan ‘Bersama Kita Kuat’. Semua saling membantu,” ungkap pria bernama lengkap Hermann Josis Mokalu itu.

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020