London (ANTARA News) - Satu wartawan Irak bekerja di koran Inggris "Guardian" di Afganistan dibebaskan bersama dua wartawan Afganistan sesudah disekap enam hari, kata koran itu pada Kamis.

Ghaith Abdul-Ahad dan dua orang Afganistan diculik pada pekan lalu di daerah terpencil Afganistan, yang berbatasan dengan propinsi Perbatasan Baratlaut Pakistan, kata suratkabar tersebut seperti dilaporkan AFP.

Berita penculikan itu dirahasiakan untuk membantu pembebasan dengan selamat ketiga wartawan tersebut.

Wartawan itu melewatkan bagian terbesar waktu mereka di sekapan berpindah di daerah bergunung dalam keadaan dingin dan bersalju, makan sayur sop, teh dan roti.

"Kami sangat lega bahwa ketiga sandera itu sudah bebas," kata pemimpin redaksi "Guardian" Alan Rusbridger.

Koran itu menyatakan tidak mengetahui apakah penculiknya anggota kelompok tertentu.

Kelompok bersenjata memukul dua wartawan di Afganistan dan kemudian menyandera mereka empat jam, kata media massa setempat pada awal Desember.

"Peristiwa garang itu terjadi ketika pewarta Nasir Ahmad dan kamerawan Sibghatullah bersiap melakukan peliputan di Kabul. Mereka dipukul dan disandera empat jam," kata jaringan televisi Sepehr.

Pernyataan tersebut juga mendesak pemerintah mengambil tindakan hukum terhadap yang bertanggungjawab atas serangan terhadap wartawan dan menjamin kebebasan pers di negara tersebut.

Puluhan televisi swasta muncul di Afganistan dalam delapan tahun terakhir.

Wartawan setempat dan asing kerap menjadi sasaran serangan dan penculikan oleh kelompok garis keras di negara bergolak tersebut.

Pada bulan lalu, seorang wartawan Norwegia dan penerjemahnya, yang berkebangsaan Afganistan, dibebaskan setelah sepekan disandera di bagian timur negara itu.

Wartawan itu, yang dikenali media setempat sebagai Paal Refsdal (46 tahun), berada di Afganistan untuk melakukan pekerjaan bagi perusahaan produksi Norwegia.

Ia menghubungi Kedutaan Besar Norwegia di Kabul pada 6 November setelah diculik di dekat perbatasan dengan Pakistan sehari sebelumnya.

"Wartawan itu berada di sebuah tempat aman," kata pernyataan kementerian Norwegia, "Pihak berwenang Norwegia bekerja siang dan malam dalam upaya membebaskan warganya tersebut."

Sejumlah media Norwegia menyatakan mereka memiliki keterangan mengenai penculikan itu sebelumnya, namun memilih tidak menyiarkannya setelah seruan dari kementerian luar negeri agar tidak membahayakan keselamatan wartawan tersebut.

Norwegia ikut dalam gerakan persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO di Afganistan dan menjanjikan bantuan 134 juta dolar Amerika Serikat (sekitar 1,3 triliun rupiah) pada tahun ini.

Terdapat lebih dari 100.000 tentara asing, terutama dari Amerika Serikat, Inggris dan Kanada, ditempatkan di Afganistan untuk membantu pemerintah Presiden Hamid Karzai mengatasi perlawanan sisa Taliban.

Taliban, yang memerintah Afganistan sejak 1996, mengobarkan perlawanan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh serbuan pimpinan Amerika Serikat pada 2001.

Serbuan itu dilancarkan karena Taliban menolak menyerahkan pemimpin Alqaida Osama bin Ladin, yang dituduh bertanggungjawab atas serangan di wilayah negara adidaya tersebut, yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009