Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggandeng Pusat Promosi Investasi Indonesia (IIPC) yang berada di bawah koordinasi BKPM, untuk menyasar investor dari negara Amerika Serikat dan Australia guna mengembangkan sektor kelautan dan perikanan.

"KKP perlu melakukan sinergi dan kerja sama dengan seluruh stakeholders sektor kelautan dan perikanan untuk menciptakan kondisi investasi yang kondusif, sekaligus mengefektifkan penyebarluasan informasi potensi dan peluang usaha sektor kelautan dan perikanan yang prospektif kepada calon investor di dalam dan luar negeri," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Nilanto Perbowo dalam rilis di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, dengan menggandeng IIPC maka diharapkan ke depannya bisa efektif mempromosikan investasi sektor kelautan dan perikanan.

IIPC sebagai kantor unit promosi Indonesia dapat membantu memfasilitasi kerja sama antara mitra investor dengan berbagai Provinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia, dan menjadi ujung tombak dalam meningkatkan masuknya investasi ke Indonesia.

Baca juga: Menteri Edhy Prabowo ingin investor berdayakan petambak Parigi Moutong

Sementara ini KKP baru menggandeng dua dari delapan IIPC yang ada, yakni New York dan Sydney. Enam IIPC lainnya adalah London, Abu Dhabi, Singapura, Taipei, Tokyo, dan Seoul.

"Apabila menilik kinerja investasi sektor kelautan dan perikanan, sampai dengan triwulan I-2020, realisasi investasi sektor kelautan dan perikanan yang bersumber pada PMA dan PMDN mencapai Rp1,16 triliun atau tumbuh 473,3 persen bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019," ujar Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan.

Menurut Nilanto, budidaya, dan pengolahan adalah bidang usaha dengan kontribusi tertinggi dalam realisasi investasi, dengan proporsi masing-masing 43,33 persen dan 30,73 persen, disusul perdagangan (23,13 persen).

"Realisasi investasi sektor kelautan dan perikanan yang berasal dari Amerika dan Australia, sampai dengan triwulan I-2020 mencapai Rp810,5 juta atau tumbuh 100 persen (yoy) dan Rp43,47 miliar atau tumbuh 28,18 persen (yoy)," papar Nilanto.

Saat ini, investor dari Amerika melakukan investasi di bidang usaha budidaya pembenihan ikan laut di Kota Batam, Kepulauan Riau.

Baca juga: Investor siapkan Biak menjadi sentra perikanan tuna nasional

Sedangkan investor dari Australia melakukan realisasi investasi di bidang usaha budidaya, yakni untuk komoditas kerapu dan kakap putih (barramundi) di Kabupaten Buleleng, Bali dan komoditas mutiara di Kabupaten Manggarai Barat, Alor dan Lembata, Nusa Tenggara Timur.

Direktur IIPC New York, Muchammad Iqbal menyampaikan bahwa Amerika Serikat merupakan investor terbesar di benua Amerika untuk bidang kelautan dan perikanan dengan besaran investasi 93 persen. Kemudian disusul Kanada, Chili, Brazil, Barbados, Peru dan Argentina.

Rincian tujuan investasi negara adidaya itu, di antaranya sebanyak 39 persen investasi ke Asia Pasifik, di mana terdapat dua proyek investasi di Indonesia dengan total investasi senilai 48 juta dolar AS.

Terkait investasi, sebelumnya, Anggota DPR RI dan Wakil Ketua Fraksi PKS Bidang Industri dan Pembangunan, Mulyanto, menegaskan bahwa hambatan utama pengembangan investasi adalah korupsi dan birokrasi pemerintah yang tidak efisien.

"Pemerintah harus cermat mengidentifikasi akar masalah pengembangan investasi nasional. Masalahnya bukan pada regulasi perizinan dan pesangon tenaga kerja nasional tapi budaya korupsi yang merebak dalam birokrasi. Bank Dunia juga menyatakan demikian," kata Mulyanto.

Untuk itu, menurut Mulyanto, masalah utama investasi bukanlah soal ketenagakerjaan atau desentralisasi perijinan yang ada di daerah.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020