Kaum milenial sekarang harus bergabung menggeluti bisnis pertanian yang sangat menjanjikan
Jakarta (ANTARA) - Kaum milenial yang cenderung akrab dengan penguasaan teknologi terkini diajak untuk terjun menjadi wirausaha pertanian sebagai upaya mewujudkan ketahanan pangan.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Dedi Nursyamsi, Kamis, mengatakan kaum milenial sangat prospektif untuk diajak menggarap sektor pertanian, baik sebagai petani muda maupun wirausaha muda.

“Petani milenial ini sangat dinamis. Mereka menguasai teknologi hingga memiliki akses pasar yang kuat," kata Dedi Nursyamsi.

Lebih lanjut, Dedi juga menegaskan, status milenial sebagai penerus pembangunan pertanian di Indonesia.

Di sisi lain, generasi milenial memiliki peran menonjol di beberapa wilayah, sekaligus bisa meningkatkan produksi pertanian dan mendorong kesuksesan gerakan Komando Strategis Pembangunan Pertanian (Kostratani).

Baca juga: Mentan minta Politeknik Pertanian ciptakan SDM dan lapangan kerja

Dedi mencontohkan di sejumlah daerah, misalnya, Cianjur yang petani milenialnya menonjol, ada pula Garut di Jawa Barat yang sangat responsif dan memiliki strategi dalam melibatkan milenial secara masif.

"Kaum milenial sekarang harus bergabung menggeluti bisnis pertanian yang sangat menjanjikan. Kalau petani milenial tumbuh maksimal, maka ke depan pertanian semakin cerah dan menjanjikan," mata Dedi.

Ia mendorong program Kostratani di Garut yang melibatkan kaum milenial dan diluncurkan pada Kamis (13/8) di Badan Penyuluh Pertanian (BPP) Samarang dan BPP Tarogong.

Bupati Garut Rudy Gunawan mengungkapkan, optimalisasi potensi kaum milenial bertujuan untuk mengurangi problem ketersediaan tenaga kerja karena sifat mereka yang dinilai dinamis dengan beragam inovasi dan kreativitasnya.

"Dengan potensi yang dimiliki Garut, kami akan mendorong para milenial agar mau bertani. Sebab, pertanian ini sangat menjanjikan. Apalagi, posisi pertanian sangat stabil di tengah pandemi COVID-19. Kami yakin, kalau milenial dilibatkan secara maksimal, maka produktivitas pertanian di sini akan semakin naik. Mereka itu kreatif dan penuh inovasi," ungkap Rudy.

Meski memiliki potensi besar, namun Garut dihadapkan pada problem klasik. Rudy menambahkan, Garut kesulitan mendapatkan tenaga kerja untuk mendukung produktivitas pertanian.

Baca juga: Regenerasi petani, Kementan kukuhkan 67 duta milenial pertanian

Sebab, banyak warga Garut khususnya tenaga muda produktif lebih memilih merantau ke wilayah lain. Padahal, satu sisi Garut memiliki luas lahan produktif yang menjanjikan.

"Luas lahan produktif di Garut sebenarnya sangat potensial. Tanahnya juga subur. Ada banyak komoditas yang dihasilkan. Lahannya juga luas. Tapi, masalahnya tidak ada yang mau mengerjakan. Para pemuda lebih suka merantau. Mereka mencari pekerjaan di luar Garut sebagai tukang," lanjut Rudy.

Oleh karena itu, pihaknya akan menarik para milenial yang merantau agar memiliki minat di pertanian.

“Minat mereka harus ditumbuhkan dan kami sudah siapkan strateginya, termasuk dukungan anggarannya. Para pemuda Garut kini harus menempatkan bertani sebagai profesi primadona. Potensinya besar," kata Rudy.

Saat ini, Garut memiliki potensi pertanian untuk beragam komoditas seperti padi, jagung, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, hingga kacang hijau. Kota Dodol itu juga terkenal sebagai sentra bawang.

“Kami akan mematenkan pertanian sebagai primadona. Kami juga akan meningkatkan produktivitas menurut indeks pertanaman. Strategi lainnya adalah menaikan indeks pertanaman hingga melakukan gerakan besar dengan pertanian sebagai basisnya,” katanya.

Baca juga: Kementan catat petani muda hanya 8 persen atau 2,7 juta orang

Baca juga: BPPSDM ajak petani milenial tingkatkan produktivitas

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2020