Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengingatkan pentingnya menghasilkan produk perikanan khususnya bagi UMKM di berbagai daerah karena konsumsi ikan tumbuh paling pesat secara global di antara berbagai sumber protein yang ada.

"Menurut FAO, konsumsi ikan tumbuh 3,1 persen per tahun, lebih besar dibandingkan rata-rata konsumsi sumber protein lainnya yang hanya sekitar 2 persen," kata Teten Masduki dalam acara yang digelar di kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Rabu.

Menurut Teten Masduki, data ini penting mengingat bahwa 96 persen dari pelaku usaha di sektor perikanan di Tanah Air adalah UMKM.

Apalagi, ia mengemukakan bahwa perikanan pada saat ini mendapat persepsi atau pandangan dari banyak orang sebagai makanan yang sehat.

Baca juga: 15 ton kerapu diekspor ke Hong Kong setelah ekonomi dibuka

Teten mengingatkan pula bahwa salah satu isu permasalahan pangan Nusantara yang paling besar adalah terkait dengan persoalan impor daging sapi.

"Kita punya laut yang begitu luas, sehingga kita mesti mengubah cara konsumsi agar lebih banyak mengonsumsi ikan," katanya.

Menkop UKM menekankan pentingnya agar berbagai nelayan skala kecil dapat mengelompok dan berkoperasi sehingga skala usahanya menjadi lebih besar serta beban proses produksinya juga menjadi lebih efisien dan aksas pasar juga menjadi lebih luas.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo juga mengamini bahwa kebutuhan akan perikanan terus meningkat meski pada saat ini dunia dalam kondisi pandemi COVID-19.

Baca juga: Teten: Pemulihan UMKM terdampak COVID-19 harus diprioritaskan

"Selama COVID, Italia mengalami lockdown, ekspor ikan kita ke Italia meningkat," kata Edhy Prabowo.

Selain itu, ujar dia, masih banyak potensi produksi kelautan dan perikanan yang belum digarap secara optimal seperti tambak udang.

Menteri Kelautan dan Perikanan berpendapat bahwa usaha perikanan lebih unggul di bidang komoditas pangan lainnya.

"Ongkos investasi kita (bisnis perikanan) dalam satu tahun bisa kembali dan bahkan untung. Kalau sawit sekitar 8 tahun, karet 9-12 tahun, produk kehutanan 15 tahun," katanya.

Sebelumnya, KKP mengajak berbagai pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan memperhatikan aspek pengemasan yang merupakan komponen penting dalam kesuksesan penjualan dan pemasaran produk perikanan.

"Keberhasilan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI) produk perikanan salah satunya ditentukan dari kemasan sebagai identitas produk," kata Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Nilanto Perbowo.

Nilanto mengungkapkan, dalam sebuah kemasan, di dalamnya terdapat label yang menjadi kata kunci keberterimaan produk di pasar lokal maupun global.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020