Shanghai (ANTARA) - Pemerintah China mengevakuasi lebih dari 100.000 orang yang terdampak banjir di hulu Sungai Yangtze dan berusaha menyelamatkan peninggalan budaya berusia 1.200 tahun di area tersebut.

Pegawai pemerintah, polisi, dan relawan menggunakan kantong-kantong pasir untuk melindungi patung Leshan Giant Buddha setinggi 71 meter (233 kaki), salah satu situs Warisan Budaya Dunia UNESCO di Provinsi Sichuan.

Kantong-kantong pasir digunakan untuk menahan luapan air campur lumpur yang telah merendam bagian kaki patung Buddha untuk pertama kalinya sejak 1949, demikian siaran televisi resmi CCTV.

Otoritas di Sichuan, salah satu provinsi yang dilalui Sungai Yangtze, pun menetapkan kode merah atau status darurat, Selasa (18/8), mengingat tinggi permukaan air di beberapa stasiun pengawas melampaui lima meter atau batas aman.

Pembangunan pembangkit listrik tenaga air, Three Gorges Project, yang dirancang untuk menghalau luapan air Sungai Yangtze, diperkirakan akan menerima luapan air sebanyak 74.000 meter kubik per detik, Rabu, angka tertinggi sejak bendungan tersebut dibangun, kata Kementerian Sumber Daya Air.

PLTA itu dibangun pemerintah untuk mengalihkan air yang seharusnya mengalir ke hilir jadi ke bendungan. Tinggi permukaan air di bendungan telah 10 meter lebih tinggi daripada batas aman selama lebih dari satu bulan.

Petugas telah berusaha meningkatkan volume air keluar dari bendungan sejak Selasa demi "mengurangi tekanan banjir," terang pihak kementerian.

Otoritas setempat lama berupaya menunjukkan pembangunan bendungan raksasa dan tempat penampungan air di sepanjang sisi hulu Sungai Yangtze dapat melindungi daerah itu dari banjir terburuknya pada tahun ini. Namun, kalangan oposisi menilai pembangunan tersebut justru membuat keadaan jadi lebih buruk.

Sumber: Reuters

Baca juga: Banjir di Sichuan kembali telan korban jiwa

Baca juga: Banjir bandang China tewaskan 14 orang

 

Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020