Ke depan, Indonesia akan menjadi pemain terbesar dan terkuat di kawasan regional, bahkan mengalahkan Petronas Malaysia dan Korea National Oil Corporation (KNOC) Korea Selatan
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia meninjau proyek Kilang Refinery Development Master Plan (RDMP) Refinery Unit V Balikpapan & Lawe-Lawe di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, untuk mengawal proyek investasi dalam rangka mewujudkan kedaulatan energi nasional itu.

Bahlil didampingi Direktur Utama PT Kilang Pertamina International (KPI) Ignatius Tallulembang, Direktur Utama PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) Narendra Widjajanto, dan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Mardani Maming, Jumat (28/8/2020).

"Saya kira bangsa ini mampu dihargai oleh negara lain, jika kita semua mampu untuk berkolaborasi dan bekerja sama demi mewujudkan apa yang menjadi target. BKPM berkomitmen memfasilitasi dan mengawal proyek ini hingga tuntas," kata Bahlil dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Pertamina: Pembangunan kilang Balikpapan capai 16,32 persen

Proyek RDMP RU V Balikpapan & Lawe-Lawe sebagai proyek strategis nasional (PSN) merupakan bagian dari upaya besar yang dilakukan pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan energi nasional.

"Salah satu yang membuat defisit neraca perdagangan adalah impor minyak dan gas. Presiden selalu bertanya mengapa kita tidak bisa bangun kilang sendiri? Tantangan ini sudah dijawab Pertamina dengan membangun beberapa kilang, salah satunya di Balikpapan. Ini hanya salah satu dari beberapa proyek besar Pertamina," katanya.

Ignatius Tallulembang menyampaikan bahwa proyek RDMP RU V Balikpapan & Lawe-Lawe adalah proyek terbesar Pertamina dengan nilai mencapai 6,5 miliar dolar AS.

Proyek itu akan meningkatkan kapasitas kilang, memperbaiki kualitas produk dan menurunkan harga pokok produksi BBM. Di sisi lain, proyek itu juga akan mendorong peningkatan devisa dan penerimaan pajak.

"Produk yang dihasilkan nantinya akan memiliki standar Euro V. Artinya sudah sama dengan negara-negara maju. Ke depan, Indonesia akan menjadi pemain terbesar dan terkuat di kawasan regional, bahkan mengalahkan Petronas Malaysia dan Korea National Oil Corporation (KNOC) Korea Selatan. Kita berfokus menciptakan kemandirian dan ketahanan energi, dan selanjutnya kedaulatan energi," ujar Ignatius

Pembangunan proyek kilang itu sudah mencapai 19 persen dan ditargetkan selesai 2023.

Sementara, Narendra Widjajanto mengutarakan bahwa semua rencana tetap berjalan sesuai jadwal dan pembangunan pada masa pandemi juga sekaligus mendorong program pemulihan ekonomi nasional (PEN) dan menyerap tenaga kerja.

"Saat ini, tenaga kerja yang terserap adalah sekitar 4.500 orang. Dan, tentunya di tahun mendatang akan menyerap lebih banyak lagi tenaga kerja," jelasnya.

Kilang minyak di Balikpapan terakhir kali diperbarui 1995 dengan produksi mencapai 260 ribu barel/hari. Target kapasitas produksi saat penyelesaian pembangunan pada 2023 akan menjadi 360 ribu barel/hari.

Baca juga: Pertamina sebut Proyek Langit Biru Cilacap dorong kemandirian energi
Baca juga: Megaproyek kilang minyak bisa serap 15 ribu tenaga kerja

Pewarta: Ade Irma Junida
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020