Pemerintah Indonesia terus mendorong peran penting sektor pertanian dalam menciptakan lapangan kerja di pedesaan, meningkatkan pendapatan keluarga petani, serta memastikan ketahanan pangan nasional
Jakarta (ANTARA) - Dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-35 Konferensi Regional Asia Pasifik (APRC) FAO, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menyoroti pertumbuhan PDB pertanian Indonesia pada kuartal II-2020 yang mencapai 16,24 persen, dibandingkan kuartal sebelumnya.

Mentan Syahrul menegaskan selain menjaga ketahanan pangan, sektor pertanian berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja di pedesaan serta meningkatkan pendapatan untuk keluarga petani di tengah pandemi COVID-19.

"Pemerintah Indonesia terus mendorong peran penting sektor pertanian dalam menciptakan lapangan kerja di pedesaan, meningkatkan pendapatan keluarga petani, serta memastikan ketahanan pangan nasional," kata Mentan dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-35 Konferensi Regional Asia Pasifik (APRC) FAO yang dilaksanakan secara virtual, Kamis.

Di hadapan para menteri lainnya, Mentan menjelaskan bahwa peran sektor pertanian di Indonesia saat ini cukup signifikan yang terlihat dari kontribusinya terhadap total PDB mencapai 14 persen dan menyediakan lapangan kerja bagi hampir separuh total penduduk.

Selain itu, di tengah kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat akibat pandemi, sektor pertanian Indonesia pada kuartal II mengalami peningkatan pertumbuhan PDB sekitar 2,19 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy).

Berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Global, peringkat ketahanan pangan Indonesia menunjukkan peningkatan dari peringkat 74 pada 2015 menjadi peringkat 62 pada 2019.

"Prevalensi stunting Indonesia juga mengalami penurunan dari 30,8 persen pada 2018 menjadi 27,67 persen pada 2019," kata Syahrul.

Ada pun untuk menjaga ketersediaan pangan bagi seluruh masyarakat di era normal baru, Kementan tengah mengembangkan beberapa kebijakan di antaranya meningkatkan kapasitas produksi, mengembangkan diversifikasi pangan lokal, memperkuat cadangan pangan dan sistem logistik serta melakukan pengembangan pertanian modern.

Kementerian Pertanian juga telah meluncurkan Rencana Pembangunan Strategis (RENSTRA) lima tahun untuk periode 2020-2024 yang bertujuan mewujudkan sektor pertanian yang maju, mandiri, dan modern melalui penguatan ketahanan pangan dan daya saing produk pertanian.

Dalam kegiatan yang melibatkan menteri pertanian dari 46 negara di Asia Pasifik itu, Konferensi Regional Asia Pasifik (APRC) FAO ke-35 membahas situasi terkini dari ketahanan pangan, serta memberikan penekanan khusus pada efek penyebaran virus korona dan dampaknya pada sistem pangan di seluruh dunia dan kawasan.

Direktur Jenderal FAO QU Dongyu dalam pidatonya dari Roma di depan lebih dari 400 peserta yang berpartisipasi aktif dalam konferensi tersebut secara virtual, menyoroti dampak negatif terkait pandemi yang telah dirasakan di seluruh sistem pangan.

“Tindakan untuk mengendalikan wabah virus mengganggu rantai pasokan pangan global. Pembatasan pergerakan di perbatasan dan karantina wilayah menghancurkan mata pencaharian dan menghambat transportasi pangan bagi penduduk," kata Dongyu.

Dongyu menilai pemborosan pangan meningkat karena petani harus membuang bahan pangan yang mudah rusak, sementara warga di pusat kota yang berjuang untuk mendapatkan makanan segar.

Ia menekankan bahwa petani kecil dan keluarganya, pekerja pangan di semua sektor, serta pekerja lainnya yang bergantung pada komoditas dan pariwisata sangat rentan pada masa pandemi ini.

"Kita perlu mengkaji kembali sistem pangan dan rantai nilai pangan, Kita harus lebih memanfaatkan inovasi dan teknologi pertanian yang ada, dan mempertimbang-kan teknologi terbaru," kata Dongyu.


Baca juga: Konferensi APRC FAO, Mentan paparkan empat strategi perkuat pangan

Baca juga: Musim kemarau, pemerintah perlu waspada stok beras hingga akhir tahun

Baca juga: FAO serukan penjaminan keamanan pangan di tengah wabah COVID-19


 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020