Sidoarjo (ANTARA) - Dalam kontestasi politik, seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada) kehadiran pejabat kini atau petahana sangat berpengaruh.

Ada kecenderungan, seorang petahana yang maju kembali dalam sebuah pemilihan kepala daerah akan menjadi pemenangnya. Karena memanfaatkan masa jabatannya untuk sekadar menyapa masyarakat dan bersosialisasi menjadikan keuntungan sendiri bagi petahana itu sendiri.

Kondisi ini berbeda dengan calon lawan yang harus bergerilya untuk menarik simpati supaya dipilih dari kaum akar rumput.

Pengenalan diri, mencari citra positif di masyarakat tidak bisa dilakukan instan semudah membalikkan tangan. Tidak jarang peranan tim sukses harus diuji untuk memuluskan calonnya melenggang menduduki tahta pimpinan sebuah kepala daerah.

Pun demikian dengan Kabupaten Sidoarjo. Sebuah Kabupaten dengan luasan paling kecil di provinsi paling ujung timur Pulau Jawa ini.

Kabupaten penyangga Kota Surabaya ini juga akan menjalani pemilihan kepala daerah serentak, bersama dengan 15 kabupaten dan 3 kota di Jatim yang mengelar Pilkada 2020.

Kini, Sidoarjo harus diteruskan oleh orang-orang baru, karena Nur Ahmad Syaifuddin, Wabup sekaligus Plt Bupati petahana yang digadang-gadang telah wafat akibat serangan virus Corona atau COVID-19 beberapa pekan lalu.

Sepeninggal petahana, peta politik di Kabupaten Sidoarjo berubah. PKB sebagai partai dengan perolehan kursi terbanyak 16 kursi mengusung Ahmad Muhdlor Ali bergandengan dengan Subandi.

Baca juga: 41 bakal pasangan calon ikuti tes kesehatan di tiga RS Jatim

Baca juga: 41 bakal paslon ikut di 19 Pilkada serentak di Jatim


Sedangkan PDIP berkoalisi dengan PAN mengusung pasangan Kelana Aprilianto-Dwi Astutik. Golkar, PKS, Gerindra, PPP, dan Demokrat, sepakat mengusung pasangan Bambang Haryo Sukartono-Taufiqulbar. Sementara Partai Nasdem memilih sebagai partai pendukung pasangan Ahmad Muhdlor Ali-Subandi.

Nama-nama yang maju ini masih terasa asing di telinga masyarakat, kecuali Bambang Haryo Sukartono yang sebelumnya sempat menjadi anggota DPR RI dengan daerah pemilihan Jatim 1 Surabaya-Sidoarjo.

Para petarung pilkada ini akan berjuang mati-matian hingga tanggal 9 Desember mendatang. Tidak ada yang pasti akan memperoleh suara mutlak lebih dari 50 persen.

Peta kekuatan politik merata karena seluruh bakal calon merupakan orang baru yang harus meraba untuk mendapatkan simpati masyarakat Kota Petis ini.

Perlu diingat, masyarakat Sidoarjo sangat heterogen, bahkan tidak sedikit yang menghabiskan waktu kerja di Surabaya, sehingga sangat kurang mengenal sosok pemimpin Sidoarjo pada pilkada nanti.

Pilihan cerdas

Bagi masyarakat Sidoarjo nama-nama tersebut memang masih asing di telinga. Meskipun selama beberapa bulan ini baliho dan poster nama-nama itu banyak bertebaran di seantero Kabupaten Sidoarjo. Namun, penentuan pemimpin Sidoarjo lima tahun mendatang ada di tangan masyarakat.

Sidoarjo, yang notabene banyak masyarakat pendatang harus pintar-pintar memilih siapa yang akan dicoblos pada pelaksanaan pemilihan kepala daerah 9 Desember mendatang. Jangan sampai, memilih kucing dalam karung.

"Sidoarjo memiliki orang-orang yang hebat. Bukan tidak mungkin Sidoarjo bisa menyaingi kota Surabaya dan tidak hanya menjadi kabupaten penyangga," ucap Ketua Karang Taruna Kabupaten Sidoarjo Imam Syafii.

Ia mencontohkan, wilayah Kecamatan Jabon jika dikembangkan dengan sangat bagus bisa menjadikan salah satu destinasi wisata tersendiri karena lokasinya berbatasan dengan pesisir.

"Kalau pasangan calon yang bertarung pada pemilihan kepala daerah tahun ini memiliki program pembangunan sektor pariwisata tentunya akan menjadi pertimbangan tersendiri," katanya.

Saat ini, bakal pasangan calon sedang giat-giat nya menggaet simpati masyarakat meskipun tahapan pilkada masih sampai pada pemeriksaan kesehatan.

Menjadi sangat penting dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah yang mengharuskan pasangan calon memeriksakan kesehatan mereka.

Baca juga: Keponakan SBY mendaftar di Pilkada Pacitan

Baca juga: Pilkada 2020 di bawah bayang-bayang Corona


Pendaftaran bakal calon kepala daerah di Kantor KPU Kabupaten Sidoarjo telah usai. Tiga bakal pasangan calon, tiga orang bakal calon bupati dan tiga orang bakal calon wakil bupati siap bertarung memperebutkan tiket menuju kursi kekuasaan tertinggi di kabupaten.

Dari pendaftaran yang dilakukan selama tiga hari sejak tanggal 4 sampai 6 September bisa dipastikan Sidoarjo bakal diikuti oleh tiga pasangan calon.

Salah satu berkas yang diwajibkan saat pendaftaran adalah telah dilaksanakannya uji usap COVID-19.

Dan yang terbaru, ada salah satu bakal calon wakil bupati Sidoarjo yang terpapar virus Corona sehingga dirinya tidak bisa lagi melanjutkan ke tahapan pemeriksaan kesehatan.

Informasi mengejutkan itu dibenarkan oleh ketua KPU Kabupaten Sidoarjo M Iskak sehari setelah dirinya mendapatkan informasi dari RSUD dr Soetomo Surabaya.

Dirinya menceritakan, awalnya pasangan calon itu datang bersama dengan tim pengusung ke kantor KPU Sidoarjo.

Saat mendatangi kantor KPU kemudian diserahkan berkas pencalonan yang salah satu isinya ada laporan tentang uji usap.

"Setelah mengetahui ada satu calon yang positif, kemudian komisioner KPU memerintahkan kepada penghubung supaya bakal calon tersebut meninggalkan ruangan," ujarnya.

Baru kemudian, setelah dilakukan uji usap oleh tim dokter di RSUD dr Soetomo Surabaya bakal calon tersebut hasilnya positif terpapar virus Corona dan harus melakukan isolasi mandiri.

Pihak KPU sendiri masih enggan menyebutkan siapa bakal calon yang terpapar virus Corona itu, terapi dirinya tidak menampik kalau yang positif Corona itu adalah bakal calon wakil bupati.

Akibat dari penemuan salah satu bakal pasangan calon yang positif, komisioner KPU bersama dengan staf yang saat itu berada di lokasi pendaftaran akan melaksanakan uji cepat dan juga uji usap.

"Hal ini dilakukan sebagai upaya memutus rantai penyebaran virus Corona di Kabupaten Sidoarjo," katanya menambahkan.

Bakal calon wakil bupati itu pun kini harus menjalani isolasi mandiri selama sebelas sampai dengan 12 hari. Baru setelah itu kembali dilakukan uji usap, kalau toh masih positif, maka harus menjalani isolasi lagi sampai COVID-19 yang ada pada diri pasangan calon itu benar-benar hilang atau dinyatakan negatif.

Atas kejadian itu, pihak KPU juga melakukan koordinasi dengan gugus tugas Kabupaten Sidoarjo untuk melaksanakan langkah preventif lainnya atas virus ini.

Salah satunya melakukan penyemprotan cairan disinfektan pada ruangan KPU yang selama ini digunakan sebagai tempat pendaftaran bakal pasangan calon.

Akankah Sidoarjo ini akan berlabuh pada pimpinan yang tepat di waktu yang tepat. Atau kah harus memilih pemimpin seperti kucing dalam karung. Tabik...

Baca juga: Di Jatim juga kental politik kekerabatan pada pilkada

Baca juga: KPU Jatim: Pilkada di tengah pandemi COVID-19 perlu inovasi baru

Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020