Surabaya (ANTARA News) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur kewalahan mengatasi sedimentasi di Waduk Pacal, Desa Tretes, Kecamatan Sugihwaras, Kabupaten Bojonegoro.

"Dari kapasitas daya tampungnya 44 juta meter kubik, saat ini hanya mampu menampung 23 juta meter kubik," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Jatim, Musthofa Kamal Basya, di Surabaya, Senin.

Menurut dia, sedimentasi di waduk yang dibangun pemerintah kolonial Belanda sejak 1931 itu sudah mencapai tahap kritis dan sangat rawan menimbulkan bencana banjir seperti yang terjadi pada Desember 2009.

Waduk Pacal dirancang sebagai saluran irigasi yang mampu mengairi tanaman padi seluas 16.688 hektare.

Namun, akibat sedimentasi tersebut, waduk itu hanya mampu mengaliri kurang dari separuh areal persawahan yang seharusnya. Sedimentasi juga mengakibatkan pintu air di waduk tersebut tersumbat.

Bersama Pemkab Bojonegoro dan warga sekitar waduk, Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Jatim telah melakukan berbagai upaya untuk melakukan pengerukan dan membuka pintu air yang tersumbat.

Pada 17 Januari 2010 dilakukan penyedotan air dengan menggunakan pompa injeksi. Bahkan, pada 20 Januari lalu telah dikerahkan puluhan personel marinir untuk melakukan penyelaman dalam membersihkan penyumbat pintu air. "Semua upaya gagal, terus terang kami angkat tangan," kata Musthofa.

Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan Dinas Pekerjaan Umum dan Pengairan Jatim Sunoko menjelaskan, Gubernur Jatim Soekarwo telah mengirimkan surat kepada Menteri Pekerjaan Umum pada 29 Januari lalu.

"Menteri Pekerjaan Umum telah memerintahkan Balai Besar Bengawan Solo untuk mengupayakan berbagai cara agar sedimentasi dan penyumbatan pintu air waduk bisa ditangani," katanya.

Dia mengakui untuk malakukan pengerukan membutuhkan biaya yang cukup besar. Bahkan hampir sama dengan biaya pembangunan waduk baru yang mencapai sekitar Rp1 triliun.

Waduk Pacal pun sudah tua sehingga harus direvitalisasi. "Usia waduk normalnya 50 tahun. Waduk Pacal sudah lebih dari 50 tahun," katanya. (M038/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010