Kirkuk, Irak (ANTARA News/AFP) - Seorang wartawan Irak diculik di Kirkuk, Irak utara, Rabu, kata beberapa pejabat keamanan dan perusahaan tempat ia bekerja.

Hussam Dawood Lazim, seorang Syiah yang berusia 22 tahun, diculik di depan rumahnya di Kirkuk tumur sekitar pukul 13.00 waktu setempat (pukul 17.00 WIB) oleh empat orang bersenjata yang naik mobil sipil berwarna hijau, kata seorang pejabat keamanan.

Lazim bekerja untuk stasiun radio dan televisi Al-Ahad (Janji), yang dikendalikan oleh blok yang setia pada ulama garis keras Syiah Moqtada al-Sadr, menurut kepala kantor kelompok itu di Kirkuk, Raad al-Sarkhy.

Wartawan itu juga menulis untuk surat kabar Al-Nassar, yang juga dikendalikan oleh kelompok Sadr, kata Sarkhy.

"Saya menganggap penculikan ini memiliki alasan politis dan mungkin sektarian," katanya kepada AFP.

Organisasi Wartawan Tanpa Batas dalam terbitan Kebebasan Pers 2009 menempatkan Irak pada posisi 145 dari 175 negara dalam hal kebebasan media.

Observatorium Kebebasan Jurnalistik yang berkantor di Baghdad, sebuah organisasi pembela media, mengatakan, 247 orang media, sebagian besar dari mereka warga Irak, tewas sejak invasi pimpinan AS pada 2003.

Kekerasan dan intimidasi diperkirakan meningkat dalam pekan-pekan menjelang pemilihan parlemen Irak pada 7 Maret, pemilu yang kedua sejak Saddam Hussein digulingkan dari kekuasaan oleh invasi pimpinan AS pada 2003.

Penculikan itu dan serangan-serangan mematikan beberapa waktu terakhir ini menggarisbawahi rapuhnya keamanan di Irak menjelang pemilu tesebut.

Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.

Kekerasan di Irak menurun secara dramatis pada 2009 ke tingkat terendah sejak invasi pimpinan AS pada 2003, namun kelompok pemantau memperingatkan bahwa pencapaian keamanan tetap mendatar.

Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu bahkan memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.

Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.

Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda.

Pemboman di Baghdad dan di dekat kota bergolak Mosul tampaknya bertujuan mengobarkan lagi kekerasan sektarian mematikan antara orang-orang Sunni dan Syiah yang membawa Irak ke ambang perang saudara.

Meski ada penurunan tingkat kekerasan secara keseluruhan, serangan-serangan terhadap pasukan keamanan dan warga sipil hingga kini masih terjadi di Kirkuk, Mosul dan Baghdad.

Banyak orang Irak juga khawatir serangan-serangan terhadap orang Syiah akan menyulut lagi kekerasan sektarian mematikan antara Sunni dan Syiah yang baru mereda dalam 18 bulan ini. Puluhan ribu orang tewas dalam kekerasan sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.

Jumlah korban tewas akibat kekerasan di Irak turun hingga sepertiga menjadi 275 pada Juli, bulan pertama pasukan Irak bertanggung jawab atas keamanan di daerah-daerah perkotaan sejak invasi pimpinan AS pada 2003.

Kekerasan menurun secara berarti di Irak dalam beberapa bulan ini, namun serangan-serangan meningkat menjelang penarikan militer AS, dan 437 orang Irak tewas pada Juni -- jumlah kematian tertinggi dalam kurun waktu 11 bulan.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki memperingatkan pada Juni bahwa gerilyawan dan milisi mungkin meningkatkan serangan mereka dalam upaya merongrong kepercayaan masyarakat pada pasukan keamanan Irak. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010