Jakarta (ANTARA) - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyoroti pola mitigasi emisi karbon oleh negara G20 terhadap perubahan iklim yang diakibatkan oleh gas rumah kaca.

Oleh karena itu, pemilihan teknologi dan opsi sumber energi harus disesuaikan dengan masing-masing negara.

"Kami tegaskan lagi, penting menggunakan berbagai macam sumber energi dan kemungkinan teknologi dalam penerapan Circular Carbon Economy (CCE) Paltform, termasuk sampah, gas, dan panas bumi," ungkap Arifin dalam informasi tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Senin.

Baca juga: Pemerintah serukan stabilitas pasar energi pada G20

Salah satu implementasi teknologi yang menjadi jawaban dalam mengurangi mengurangi pemanasan global adalah Carbon Capture and Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS). "Kami mengundang negara-negara anggota G20 jika berminat melakukan kajian baik teknis maupun non-teknis CCS atau CCUS pada proyek pembangunan (energi) di Indonesia," ujar Arifin.

Untuk itu, pemerintah Indonesia mengapresiasi langkah Kerajaan Arab Saudi (KSA) selaku pemegang posisi Presidensi G20 di tahun 2020 mengangkat isu 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Remove) dalam konsep Circular Carbon Economy (CCE Platform).

Menurut Arifin, isu 4R adalah bagian penting dalam mengembalikan peran biofuel dan hydrogen sebagai cross cutting yang penting dalam CCE Platform. Apalagi, Indonesia telah berhasil mengimplementasikan program mandatori B30 di sektor transportasi, pembangkit listrik, industri, dan komersial.

"Kami percaya langkah ini akan cepat lebih cepat tercapai jika kita bisa berkolaborasi. Kami harap kerja sama ini dapat ditingkatkan untuk menggali potensi (energi) kami di CCE," kata Arifin.

Baca juga: Hari Pertambangan, Menteri ESDM tekankan pengembangan energi bersih

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020