Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggelar beragam pelatihan seperti penanganan ikan di atas kapal dan pengolahan ikan tuna, sebagai bentuk upaya pemulihan ekonomi nasional dengan memanfaatkan pangan dari sektor kelautan.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja dalam rilis, Selasa, mengatakan, sumber daya laut yang melimpah dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan sekaligus sumber pencaharian masyarakat.

Pelatihan terkini yang digelar antara lain penanganan ikan di atas kapal secara virtual yang diikuti 75 nelayan Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, serta pelatihan pengolahan gulung tuna yang digelar secara daring yang diikuti 2.617 peserta dari 34 provisi di Indonesia.

Baca juga: Ekonom prediksi ekonomi RI pulih penuh pada kuartal IV 2021

Sjarief mengingatkan bahwa salah satu pangan laut yang dominan memang adalah ikan.

Namun, lanjutnya, ikan sebagai produk hasil tangkapan sangat rentan mengalami penurunan mutu.

Untuk itu, ujar dia, diperlukan pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk mempertahankan kualitas ikan hasil tangkapan.

Sjarief menyebut, baik buruknya penanganan ikan di kapal akan berpengaruh langsung terhadap mutu ikan yang akan dijadikan bahan makanan atau bahan mentah untuk diolah lebih lanjut.

Baca juga: Menkeu: Pemulihan ekonomi tidak hanya mengandalkan fiskal dan moneter

Selain itu, menurut Sjarief pengolahan ikan hasil tangkapan ini dapat berpotensi menjadi pendapatan tambahan bagi keluarga, karena ikan ini dapat diolah menjadi camilan atau aneka penganan sehat.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP, Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, pelatihan penanganan ikan di atas kapal ini dibutuhkan nelayan untuk mempertahankan kesegaran ikan. Pasalnya, ikan yang masih segar memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi.

"Kalau penanganan di atas kapal sampai salah atau terlambat, kualitas ikan akan menurun dan otomatis harganya juga akan turun. Bahkan bisa juga tidak berharga sama sekali dan akhirnya dibuang," jelas Lilly Aprilya Pregiwati.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020