Kami sebagai penampung uang rusak keliling sudah 15 tahun dan bisa menyekolahkan anak
Lebak (ANTARA) - Omzet pendapatan penampung uang rusak di Kabupaten Lebak, Banten meningkat di tengah pandemi COVID-19, sehingga mampu menyumbangkan ekonomi keluarga.

"Kami sejak pandemi COVID-19 bisa menghasilkan dua kali lipat dibandingkan biasanya," kata Saripudin, seorang penampung uang rusak, di Lebak, Rabu.

Omzet pendapatan dua kali lipat itu, kini bisa menghasilkan Rp225 ribu dari sebelumnya Rp75 ribu per hari.

Untuk mendapatkan uang rusak itu dengan berkeliling masuk kampung keluar kampung hingga 20 kilometer berjalan kaki tiap hari.

Selama berkeliling itu dengan menawarkan pada warga yang memiliki uang rusak, seperti sobek, hilang warna, dan lusuh, sehingga bisa dibelinya.

"Kami hari ini menampung uang rusak sebesar Rp750 ribu dengan meraup keuntungan sekitar 30 persen atau Rp220 ribu," katanya menjelaskan.

Menurut dia, penampungan penjualan uang rusak rata-rata keuntungannya mencapai 30 persen dari nilai total uang rusak.

Apabila, menampung uang rusak sebesar Rp1 juta, maka dijual ke bandar di Kota Serang bisa menghasilkan Rp300 ribu.

Selama ini, penampungan uang rusak dari warga cukup banyak, mulai uang kisaran pecahan Rp2.000 sampai Rp100 ribu.
Baca juga: BI layani penukaran uang rupiah rusak akibat banjir
Baca juga: BI Maluku Utara musnahkan uang lusuh Rp358 miliar lebih



Pekerjaan yang digeluti 10 tahun itu, kata dia, kerapkali menerima uang palsu karena tidak memiliki alat deteksi keaslian uang tersebut.

"Kami sekarang penuh hati-hati jika menampung uang rusak itu, karena khawatir tertipu," katanya menjelaskan.

Begitu juga Sam'un, seorang penampung uang rusak mengaku bahwa dirinya kini bisa menghasilkan dua kali lipat keuntungan selama masa pandemi COVID-19.

Kebanyakan uang yang ditampung itu dalam kondisi rusak dan lusuh, bahkan uang sobek dengan setengah kertas.

"Kami membeli uang rusak pecahan Rp100 ribu ditampung harga Rp70 ribu," katanya menegaskan.

Dia mengatakan, bandar penerima uang rusak itu berada di Pasar Lama, Kota Serang dan mereka setiap hari membelinya dari penampung keliling.

Penampung uang rusak keliling tersebar di Provinsi Banten dan bandar yang menerima uang rusak kembali dijual ke Bank Indonesia.

"Kami sebagai penampung uang rusak keliling sudah 15 tahun dan bisa menyekolahkan anak," kata warga Serang sambil berkeliling di Rangkasbitung.

Udin, seorang warga Sentral Rangkasbitung, Kabupaten Lebak mengaku bahwa dirinya merasa terbantu adanya penampung uang rusak yang datang ke rumah, sehingga bisa membeli bahan pokok.

"Kami menjual uang pecahan Rp100 ribu dengan nominal Rp200 ribu dan kondisi sobek ditampung seharga Rp140 ribu," katanya pula.
Baca juga: BI layani penukaran uang rupiah rusak akibat banjir
Baca juga: ATM BRI pedesaan rusak masyarakat kesulitan menarik uang

 

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020