Jakarta (ANTARA) - Forum Anak ASEAN keenam yang diadakan secara daring dengan tuan rumah Kamboja menyepakati bahwa lingkungan keluarga mendukung kesehatan mental anak selama pandemi COVID-19.

Menurut siaran pers dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang diterima di Jakarta, Jumat, delegasi dari 10 negara sepakat berharap orang tua mampu bekerja sama menciptakan lingkungan keluarga yang mendukung agar anak tidak terbebani, merasa bosan dan stres saat menjalani kegiatan yang lebih banyak di dalam rumah, seperti belajar secara daring.

Baca juga: Anak Indonesia di Forum Anak ASEAN: Banyak hal baik selama pandemi

Selain itu, orang tua juga diharapkan dapat menjadi pendengar yang baik bagi anak, sehingga dapat mengetahui kondisi mental anak secara pandemi COVID-19.

Rekomendasi Forum Anak ASEAN tersebut merupakan hasil presentasi dari delegasi Indonesia yang diwakili Abdul Gilang Tawakkal (Forum Anak Sulawesi Selatan), Belva Aulia (Forum Anak Jawa Tengah), Muhammad Lukman Ibrahim (perwakilan anak autisme Jakarta), dan Ema Dilsiana (Bekasi).

Mereka menyampaikan bahwa rasa bosan dan stres sering dialami anak, termasuk di Indonesia. Hal itu berdasarkan survei kecil kepada 340 responden dengan rentang usia sembilan tahun hingga 17 tahun tentang pengaruh COVID-19 terhadap kesehatan mental mereka.

Mayoritas responden merasa bosan karena gerak terbatas yang akhirnya memengaruhi kesehatan mental mereka. Mereka mengaku kesulitan dengan tugas-tugas sekolah, sangat ingin bermain dan berinteraksi dengan teman-teman seperti biasanya. Karena merasa kesepian, mereka akhirnya lebih banyak menghabiskan waktu menggunakan media sosial.

Kondisi tersebut semakin parah bila anak berada dalam lingkungan keluarga yang orang tuanya diberhentikan dari pekerjaannya dan menyebabkan kondisi ekonomi keluarga semakin terpuruk.

Baca juga: Menteri PPPA minta anak aktif sosialisasi protokol kesehatan keluarga

Baca juga: Menteri PPPA: Anak berpartisipasi dalam pembangunan lewat Forum Anak

Baca juga: Forum Anak dorong kebijakan ketat lindungi anak dari iklan rokok



Bila hal tersebut dibiarkan, anak dapat mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma yang berujung pada tindakan menyakiti diri sendiri atau anggota keluarga, berada pada situasi berbahaya, mengalami serangan panik, memisahkan diri dari keluarga, hingga melakukan bunuh diri.

Deputi Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Lenny N Rosalin berharap informasi dan hasil rekomendasi dari Forum Anak ASEAN tersebut dapat menjadi bahan perbaikan kebijakan pelindungan anak.

Di Indonesia, rekomendasi tersebut akan diserahkan kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Kementerian Sosial.

Forum Anak ASEAN merupakan pertemuan dua tahunan. Pertemuan berikutnya akan dilaksanakan pada 2022 dengan Indonesia sebagai tuan rumah.

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020