Jadi itu juga bentuk kepedulian sosial. Selain melindungi diri sendiri, juga sadar untuk melindungi orang lain
Jakarta (ANTARA) - Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19 Dr Sonny B. Harmadi mengatakan patuh memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M) bisa mengakhiri pandemi dan sekaligus mendorong masyarakat untuk lebih hidup bersih dan sehat.

"Masih ada yang tidak percaya virus corona baru sehingga tidak menjalankan protokol kesehatan. Padahal kalau total kita patuh 3M pandemi bisa berakhir, dan dalam jangka panjang kita bisa dorong masyarakat untuk hidup bersih dan sehat," kata Sonny dalam "talkshow" virtual “Sosialisasi Pesantren Daarul Quran: Iman, Aman, Imun” yang digelar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, 3M dapat menjadi kebiasaan masyarakat Indonesia seperti yang terjadi di negara-negara Asia Timur, seperti Jepang dan Korea.

Ia menjelaskan protokol kesehatan yang 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun itu ada berdasarkan pengalaman menghadapi wabah dan pandemi pada masa lalu, serta didasarkan riset dan kajian.

Jadi, menurut dia, pada negara yang masyarakatnya menggunakan masker secara ketat, dalam tiga minggu kasus positif COVID-19 turun drastis, tersisa 20-25 persen kasus hariannya.

Sonny juga mengatakan melakukan jaga jarak juga sudah diteliti secara ilmiah bermanfaat dalam mencegah penularan virus yang menyebar dari droplet dan aerosol.

"Contohnya orang berbicara akan menyebarkan aerosol sebetulnya. Jadi jaga jarak dua meter bisa membuat kita menjadi lebih aman," katanya.

Baca juga: Ustadz Yusuf Mansur: Hadapi pandemi COVID-19 bukan sebagai beban

Terkait dengan mencuci tangan memakai sabun, ia mengatakan bahw hal itu juga sudah diteliti secara ilmiah manfaatnya, dapat membunuh virus dan bakteri yang menempel di badan seseorang.

Ia mencontohkan masyarakat Jepang yang sudah memiliki kesadaran memakai masker ketika sedang kurang enak badan.

Mereka, katanya, tidak mau menulari orang lain virus atau penyakit yang sedang ada dalam tubuhnya, selain itu sadar bahwa dalam kondisi imun yang sedang menurun itu harus mencegah agar tidak ada virus atau bakteri lain yang justru masuk ke tubuhnya.

"Jadi itu juga bentuk kepedulian sosial. Selain melindungi diri sendiri, juga sadar untuk melindungi orang lain," kata Dr Sonny.

Jika saja pesantren-pesantren di Indonesia membentuk Satgas COVID-19 Pesantren, mereka dapat saling mengingatkan teman-teman lainnya untuk menjalankan 3M.

Selain itu, satgas juga dapat memperdalam pengetahuan tentang virus dan pandemi sehingga penanganan pandemi di masa depan akan lebih baik.

"Mereka bisa mengedukasi yang lain juga. Keterlibatan semua akan memberikan hasil luar biasa. Kalau 100 santri bisa memengaruhi 10 orang saja kan artinya 1.000 orang ikut menjalankan protokol kesehatan," ujar dia.

#satgascovid19 #ingatpesanibucucitangan #pakaimasker #jagajarak

Baca juga: Satgas COVID-19: Jangan kendor protokol kesehatan jelang libur panjang
Baca juga: Epidemiologi: Wisatawan dari zona merah boleh liburan ke zona kuning


Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020