Harusnya dari 20 tahun lalu sudah ada
Banda Aceh (ANTARA) - Tiga dekade rakyat Aceh hidup dalam tangis dan bersimbah darah saat konflik berkepanjangan antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Republik Indonesia (RI), hingga berakhir setelah perdamaian diteken pada Agustus 2005 silam.

Umur perdamaian daerah berjulukan Serambi Mekkah itu telah menginjak 15 tahun. Aceh terus gerak cepat untuk bangkit mengejar ketertinggalan dari provinsi lain di Tanah Air.

Upaya mengubah "wajah baru" Aceh terus dilakukan mulai dari pembangunan infrastruktur hingga penguatan sumber daya manusia. Tentu, turut dibantu Pemerintah Pusat sesuai dengan butir-butir kesepakatan saat damai.

Terobosan yang baru-baru ini direalisasi Pemerintah Aceh yaitu membeli tiga Kapal Motor Penumpang (KMP), dengan tujuan untuk memudahkan aksesibilitas dalam mencapai kemajuan pembangunan daerah kepulauan.

Sebagai daerah "pintu gerbang" barat wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Aceh dituntut siap dengan semua akses transportasi. Apalagi, Aceh memiliki pulau besar di empat wilayah seperti Kota Sabang, Pulau Aceh di Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Simeulue, dan Pulau Banyak di Aceh Singkil.

Tiga KMP yang dimiliki Aceh tersebut diberi nama Aceh Hebat 1, Aceh Hebat 2, dan Aceh Hebat 3. Dua diantaranya telah diluncurkan dan segera akan melayani warga di provinsi yang memiliki 5 juta penduduk itu.

"Aceh Hebat menjadi sejarah baru bagi Aceh. Selama ini Aceh belum memiliki kapal yang dibangun sendiri," kata Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah, awal Oktober lalu.

KMP Aceh Hebat 1 resmi diluncurkan pada 3 Oktober, yang akan melayari rute Pulau Simeulue. Sedangkan KMP Aceh Hebat 2 diluncur pada 16 Oktober lalu, dan akan melayani rute Banda Aceh – Sabang.

Sedangkan KMP Aceh Hebat 3 masih dalam proses pembangunan, dan nantinya akan melayani rute transportasi laut wilayah Pulau Banyak, Aceh Singkil.

"KMP Aceh Hebat ini kapal pertama yang dibangun sendiri dengan uang masyarakat Aceh, dengan ukurannya relatif besar dengan desain yang up-to-date," kata Nova.

Selama ini, pelayaran Aceh dilayani oleh kapal milik Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP). Terakhir, Aceh mendapat hibah KMP BRR dari Kementerian Perhubungan, yang kini melayani rute Ulee Lheu Banda Aceh - Balohan Sabang.

Peresmian KMP Aceh Hebat itu menjadi penanda pelayaran antar-pulau di Aceh akan segera terlayani dengan baik. Usai diresmikan kapal itu masih harus mengikuti beberapa pengujian lanjutan seperti kemiringan, uji berlayar dan seluruh fungsi komponen.

Pemerintah Aceh melalui Dinas Perhubungan Aceh mengalokasikan dana sebesar Rp178 miliar untuk pengadaan KMP Aceh Hebat. Pembangunan telah dimulai Februari lalu, meski di tengah COVID-19, perusahaan memastikan pengerjaannya selesai tepat waktu.

KMP Aceh Hebat 1 dengan bobot 1.300 GT yang dikerjakan PT Multi Ocean Shipyard (MOS) di Tanjung Balai Karimun Kepulauan Riau.

Selanjutnya, KMP Aceh Hebat 2 berbobot 1.100 GT dibangun PT Adiluhung Saranasegara Indonesia di Bangkalan Madura Jawa Timur, dan KMP Aceh Hebat 3 dengan bobot 600 GT yang dibangun PT Citra Bahari Shipyard di Tegal Jawa Tengah.

KMP Aceh Hebat 1 dijadwalkan berlayar ke Aceh pada 30 November 2020, sedangkan KMP Aceh Hebat 2 rencananya juga akan berlabuh ke Tanah Rencong pada Desember mendatang.

Untuk diketahui, Aceh terdiri dari 23 kabupaten/kota, yang 18 kabupaten diantaranya berbatasan langsung dengan laut. Aceh memiliki luas laut mencapai 75 ribu km2, dengan panjang garis pantai sekitar 2.699 km, serta sekitar 180 gugusan pulau, yang 44 pulau diantaranya berpenghuni dan 136 pulau tanpa penghuni.

Baca juga: Tiga kapal penyeberangan Pemprov Aceh mulai beroperasi 2021

Baca juga: ASDP kurangi pelayaran kapal lambat jalur Banda Aceh-Sabang


Penyemangat sektor pariwisata

Kehadiran KMP Aceh Hebat menjadi penyemangat bagi keberlangsungan industri pariwisata di Aceh seperti Sabang atau Pulau Weh yang sudah terkenal di mata wisatawan mancanegara. Kemudian, Pulau Simeulue serta Pulau Banyak yang juga pantainya tidak kalah dengan pantai di Bali.

Seperti KMP Aceh Hebat 2 yang akan menjadi angkutan penyeberangan bagi pengembangan wisata Sabang. Kapal itu memiliki daya muat sebanyak 377 penumpang dan 24 unit kendaraan (kombinasi).

Kapasitas mesin induk yang digunakan berdaya 2 x 1400 HP dengan kecepatan mesin mencapai 13 knot. Kapal tersebut memiliki panjang 63,75 meter dengan lebar 13,6 meter dan tinggi mencapai 3,9 meter. KMP berkapasitas 1100 GT tersebut lebih besar dari KMP BRR yang sedang beroperasi saat ini.

Menurut Nova, kehadiran KMP Aceh Hebat tersebut akan membawa manfaat yang besar bagi konektivitas di wilayah Tanah Rencong, khususnya dalam peningkatan pariwisata.

Seperti Kapal Aceh Hebat 2 yang hadir sebagai dukungan terhadap kemajuan sektor pariwisata di Sabang yang terkenal dengan wisata baharinya, yang kini sedang terganggu akibat COVID-19.

"Konsep utama pembangunan KMP Aceh Hebat 2 ini juga diperuntukkan bagi para wisatawan yang hendak berkunjung ke Sabang dan kehadiran kapal ini akan memberikan dampak pada semua sektor,” ujarnya.

Kepala Bidang Pelayaran Dinas Perhubungan Aceh Mahyus Syafril menyebutkan tiga KMP Hebat itu direncanakan mulai beroperasi pada Januari 2021. Katanya, KMP Aceh Hebat 1 akan beroperasi pada lintasan penyeberangan perintis Calang, Aceh Jaya - Sinabang, Simeulue.

Dengan tarif penumpang kelas ekonomi, kendaraan dan barang berdasarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Aceh Nomor 08 Tahun 2020, dan biaya operasional kapal rencananya akan disubsidi Ditjen Perhubungan Darat dalam APBN tahun 2021.

Sementara KMP Aceh Hebat 2, lanjut dia, rencana akan beroperasi untuk lintasan penyeberangan komersil Ulee Lheue, Banda Aceh – Balohan, Sabang dengan tarif penumpang kelas ekonomi, kendaraan dan barang diatur dalam Pergub Aceh Nomor 70 Tahun 2019.

“KMP Aceh Hebat 3 rencana akan dioperasikan pada lintasan penyeberangan perintis Singkil - Pulau Banyak – Sinabang, pulang-pergi, dengan tarif penumpang kelas ekonomi, kendaraan dan barang berdasarkan Pergub Aceh Nomor 70 Tahun 2019, dan biaya operasional kapal itu rencana akan disubsidi Ditjen Perhubungan Darat APBN tahun 2021,” ujarnya.

Baca juga: Gubernur: Kapal Aceh Hebat permudah transportasi di daerah kepulauan

Baca juga: Cuaca buruk hentikan transportasi laut-udara di Aceh


Peluang maju daerah pulau

Pakar Transportasi dari Universitas Syiah Kuala Prof Sofyan M Saleh menilai hadirnya KMP Aceh Hebat menjadi peluang daerah pulau di Aceh untuk maju. Bahkan, seharusnya
puluhan tahun lalu Aceh sudah memiliki KMP sendiri, mengingat pentingnya konektivitas dalam membangun daerah kepulauan yang masih tertinggal.

"Harusnya dari 20 tahun lalu sudah ada. Dalam ilmu transportasi aksesibilitas itu kan penting, kebetulan ada empat daerah pulau kita di Aceh yaitu Simeulue, Pulau Banyak, Pulau Aceh, dan Sabang," kata Prof Sofyan.

Menurut dia, sebelum suatu daerah itu maju, maka dalam ilmu transportasi ada istilah yang dikenal dengan ship promote the trade, yakni upaya mempromosikan daerah terpencil melalui akses transportasi seperti kapal, pesawat, dan kendaraan darat lainnya.

"Artinya daerah yang tertinggal, terluar, itu perlu dipromosikan dulu. Karena kalau pembiayaan (transportasi) misalnya kita lepas ke swasta, maka swasta enggak mau karena tidak untung, jadi pemerintah harus subsidi dulu," ujarnya.

Setelah suatu daerah itu berkembang, dikenal orang, dan bahkan mulai maju maka akan ada yang melirik untuk berbisnis, sehingga diikuti juga dengan kapal-kapal milik swasta yang akan melayani rute ke daerah tersebut.

"Setelah daerah itu tumbuh, ekonomi sudah mantap, baru disebut ship follow the trade. Misalnya Simeulue sekarang, dulu sekitar tahun 2000-an kapalnya disubsidi oleh pemerintah, jadi ada atau tidak ada penumpang maka tetap berlayar, kalau sekarang kan sudah maju," ujarnya.

Setelah mulai maju, maka baru masuk pesawat Wing Air, Susi Air, itu sudah bisnis milik swasta, masuk kesana sehingga enggak ada subsidi lagi, kata Prof Sofyan lagi.

Maka sudah seharusnya Aceh memiliki KMP sebagai upaya mempromosikan daerah pulau masih tertinggal. Karena, kata dia, KMP Aceh Hebat itu sudah menjadi harapan masyarakat kepulauan di Aceh sejak beberapa dekade.

"Jadi itu sekarang kenapa Pulau Aceh tidak berkembang karena apa yang mau lirik ke sana, transportasinya cuma pakai kapal nelayan, itu pun sekali sehari misalnya, kalau orang pergi pagi, pulang siang, sore balik lagi ke sana, mana mau orang, dan akhirnya orang tidak mau berinvestasi ke sana kan, padahal potensi besar," ujarnya.

Baca juga: Gubernur luncurkan kapal Ro-Ro Aceh Hebat 1

Baca juga: KMP Aceh Hebat 1 direncanakan diluncurkan awal Oktober

 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020