Jakarta (ANTARA) - Sekolah Menengah Atas (SMA) Double Track (DT) diyakini efektif dalam menekan angka pengangguran lulusan SMA.

"Program SMA DT dilatarbelakangi banyaknya angka lulusan SMA yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi," ujar Kabid Pembinaan SMA Dinas Pendidikan Jawa Timur, Ety Prawesti, dalam webinar yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan pada 2018, ada sebanyak 116.772 atau 67,84 persen siswa SMA yang tidak masuk ke bangku kuliah. Dengan SMA DT, pihaknya membuat terobosan dengan memberi keterampilan tambahan di luar jam pelajaran dengan tujuh kompetensi.

Baca juga: 62 Persen Lulusan SMA Tak Lanjutkan ke PT

Tujuh bidang ketrampilan itu adalah multimedia, teknik elektro, teknik listrik, tata boga, tata busana, tata kecantikan, dan teknik kendaraan ringan.

Pihaknya berkolaborasi dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) sebagai pelaksana program, termasuk merekrut trainer.

Menurut dia, sejak 2018 program tersebut dievaluasi dan dikembangkan. Pada tahun pertama, program tersebut diikuti sebanyak 9.009 siswa dari 86 SMA dan melibatkan 420 trainer di sembilan kabupaten di Jawa Timur.

"Program tersebut dengan tujuh bidang keterampilan dan 17 topik ketrampilan."

Baca juga: Kemenperin mengajak PTN atasi pengangguran

Selanjutnya pada 2019 terjadi lonjakan peminat. Jumlah peserta naik menjadi 14.000 siswa dari 157 SMA dan 673 trainer di 28 kabupaten. Pada tahun kedua dilaksanakan pembangunan infrastruktur digital melalui berbagai platform pendukung. Yaitu, www.ruangdagang.net (media pemasaran produk unggulan di marketplace, www.ruangkarir.net (media job matching untuk mempertemukan calon pekerja dengan dunia usaha), www.ruangtraining (media belajar online untuk memudahkan pembelajaran mandiri dengan materi pelatihan), dan www.admindt.net (media monitoring pelaksanaan pelatihan untuk mengevaluasi capaian pembelajaran di kelas).

"Dispendik menerima penghargaan kompetensi inovasi pelayanan publik (Kovablik) se-Jawa Timur dengan menempati top 25 melalui inovasi SMA DT yang dianugerahkan oleh gubernur," jelas Ety.

Sedangkan pada 2020, lanjut Ety, merupakan tahun penentu sekaligus tolok ukur keberhasilan program. Pada tahun ini pula belum ada penambahan alokasi pelaksana program SMA DT yang baru.

"Pemantapan program dan perluasan jaringan kerja sama dengan mitra dunia usaha lebih diutamakan agar lulusan SMA DT tertampung di perusahaan mitra atau mandiri berwiraswasta," tambah dia.

Selama pandemi, lanjut dia, program SMA DT tetap berlanjut dengan segala pembatasan yakni, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dan penyampaian materi pelatihan secara daring.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, mengatakan yang perlu dibangun adalah bagaimana mencari solusi dalam setiap permasalahan. Selain itu, dalam SMA DT perlu menyiapkan ekosistem dan mentor-mentor yang mumpuni.

"Kami juga menyiapkan tempat praktik yang layak bagi anak-anak SMA maupun lainnya yang dapat digunakan untuk pembelajaran," kata Khofifah.***3***

Baca juga: Pengangguran di Bantul diprediksi bertambah usai kelulusan SMA/SMK

Pewarta: Indriani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020