Jakarta (Antara) -- Hotspot atau titik panas penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dilaporkan menurun drastis dari 25.453 titik ke 2.191 titik. Artinya terdapat penurunan jumlah hotspot sebanyak 23.261 titik atau 91,39 persen. 

Menanggapi hal ini, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan, pencapaian ini merupakan berkat sinergi baik antara pemerintah dengab berbagai pihak.

"Saya benar-benar bersyukur, dan memberikan penghargaan yang setinggi-setingginya kepada jajaran Pemda, TNI, Polri, KLHK, BPPT, BMKG, Swasta, masyarakat, serta tentu saja BNPB," ucap Siti di Jakarta, Sabtu.

Sejak diaktifkan tanggal 11 Februari 2020, Pemprov Riau akhirnya mengakhiri status Siaga bencana karhutla 2020. Selama masa ini, Indeks Standard Pencemaran Udara (ISPU) di Riau juga tidak ada yang menunjukkan level berbahaya, maupun yang tidak sehat.

Hal ini terlihat dari perbandingan total jumlah hotspot pada tanggal 1 Januari-31 Oktober 2020 pukul 07.00 WIB, berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) dengan level confident ≥80 persen. Terpantau hotspot di seluruh Indonesia sebanyak 2.282 titik lebih rendah 91,57 persen dari jumlah hotspot tahun 2019 yaitu 27.055 titik.

Khusus untuk hotspot di Provinsi Riau pada periode tersebut terpantau 327 titik atau lebih rendah 88,37% dibandingkan pada tahun 2019 yaitu 2.902 titik.

Lebih lanjut, Menteri Siti mengungkapkan, atas arahan Bapak Presiden Joko Widodo, dan kerja keras semua jajaran dari pusat hingga ke tapak, beberapa Provinsi rawan karhutla dapat bebas dari ancaman asap tahun ini, termasuk salah satunya Provinsi Riau. “Yang paling nyata di Provinsi Riau dan Provinsi Kalbar. Yang bila tidak dijaga kita bisa kecolongan, yaitu pada bulan April - Mei di Riau, dan pertengahan Agustus di Kalbar," tutupnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020