Jakarta (ANTARA) -
Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal) Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto mengingatkan perlunya kerja sama dengan komponen bangsa agar visi Indonesia sebagai negara maritim dunia dapat terwujud.
 
"Negara maritim kembali diangkat dan dijadikan prioritas oleh pemerintahan saat ini. Maka, agar visi poros maritim dunia benar-benar terwujud, maka perlu kerja sama semua komponen bangsa, baik dalam hal memberikan gagasan atau masukan-masukan maupun ikut mengawal implementasi kebijakan," kata Danseskoal.

Danseskoal mengemukakan itu saat menjadi Pembicara Kunci dalam Seminar Nasional yang bertemakan "Membangun kembali budaya maritim Indonesia melalui kebijakan kelautan Indonesia dengan strategi pertahanan maritim Indonesia", di Gedung Seskoal, Cipulir, Jakarta Selatan, Selasa.
 
Sehingga, lanjut dia, masyarakat tidak hanya sekadar menjadi saksi tetapi juga menjadi pelaku dalam merealisasikan gagasan-gagasan hebat untuk kemajuan dan kesejahteraan bagi semua warga negara Indonesia.

Baca juga: Mengevaluasi Poros Maritim Dunia di tengah pandemi

Baca juga: Pengamat: Poros Maritim Dunia harus dahulukan SDM kelautan perikanan
 
Menurut dia, kabinet kerja saat ini mempunyai misi untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional dengan salah satu agenda prioritas nya adalah kedaulatan maritim serta mampu memberikan kontribusi positif bagi keamanan dan perdamaian kawasan dan dunia berdasarkan kepentingan nasional.
 
"Ini yang menjadi konsep Presiden Joko Widodo terkait sektor kelautan yang disebut sebagai poros maritim dunia pada 2014 lalu," tutur Iwan.
 
Dia menjelaskan, ada lima pilar utama dalam poros maritim dunia. Pertama, pembangunan kembali budaya maritim Indonesia melalui redefinisi identitas nasional Indonesia sebagai sebuah negara maritim.
 
Kedua, komitmen menjaga dan mengelola sumber daya laut dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut melalui pengembangan industri perikanan dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.
 
"Ketiga, komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim," ujarnya.
 
Keempat, optimalisasi diplomasi maritim (soft power) yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan dalam menangani ancaman regional melalui peningkatan kerja sama bilateral dan multilateral di bidang maritim.
 
Kelima, membangun kekuatan pertahanan maritim dengan mempersiapkan hard power untuk memperkuat kekuatan pertahanan maritim Indonesia dalam usaha pengamanan wilayah Nusantara.
 
"Ini menyadarkan kita semua bahwa rakyat Indonesia hidup di negara yang dominan lautan. Paham akan identitas diri bangsanya bagaimana hidup di negara yang dikelilingi lautan, mengerti tentang bagaimana memanfaatkan laut, menjaga dan membangun sumber daya," papar dia.
 
Poros maritim, tambah Iwan, merupakan gagasan strategis yang diwujudkan untuk menjamin konektivitas antarpulau, pembangunan industri perkapalan, perbaikan transformasi laut serta fokus pada keamanan maritim.
 
Dikatakannya, Nusantara pada masa lampau memiliki pengaruh yang sangat dominan di wilayah AsiaTenggara, bahkan seluruh wilayah Asia, oleh kekuatan maritim besar kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
 
"Wilayah laut Indonesia yang merupakan tiga perempat wilayah nusantara yang mengakibatkan menjadi tempat singgah dalam melakukan perdagangan oleh banyak negara sejak masa lampau, Nusantara diwarnai dengan berbagai pergumulan kehidupan di laut," ujar menjelaskan.
 
Dalam catatan sejarah, terekam bukti-bukti bahwa 500 tahun yang lalu Nusantara sebagai jalur rempah dan nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan Nusantara, bahkan mampu mengarungi samudera luas hingga ke pesisir Madagaskar, Afrika Selatan.

Baca juga: Poros Maritim Dunia bukan jadikan sumber daya laut sebagai ATM

Baca juga: Pemerintah jangan lupa wujudkan Poros Maritim Dunia

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Chandra Hamdani Noor
Copyright © ANTARA 2020