Dari semula defisit, kini mengalami surplus energi. Misalnya di Sistem Khatulistiwa yang mewadahi beberapa kota dan kabupaten di Kalbar, hingga akhir Oktober 2020 untuk daya terpasang pembangkitnya sudah mencapai 622,1 Mega Watt (MW)
Pontianak (ANTARA) - Gubernur Kalimantan Barat dua periode 2008 - 2018 Cornelis, di antara masa jabatannya yang pertama yakni tanggal 15 Maret 2009, pernah menghadiri peresmian pembelian listrik di wilayah perbatasan Indonesia - Malaysia oleh PT PLN (Persero) tepatnya untuk Kecamatan Sajingan Besar, Kabupaten Sambas.

Pembelian tersebut merupakan bagian dari rencana PLN sebelum realisasi skala besar beberapa tahun sesudahnya guna memenuhi kebutuhan energi listrik di Provinsi Kalimantan Barat. Energi yang dibeli akan mencapai 200 MW mengingat masih terbatasnya kemampuan PLN dalam memenuhi kebutuhan energi listrik di Kalbar.

Pada tahap awal itu, pihak Sarawak akan memasok 200 kilo Volt Ampere (kVA) untuk kebutuhan 380 rumah tangga di Dusun Aruk, Desa Sebunga, Kecamatan Sajingan Besar. Aruk juga menjadi lokasi Pos Lintas Batas Negara (PLBN), yakni pintu keluar masuk resmi melalui jalur darat dari Indonesia ke Sarawak (Malaysia) atau sebaliknya.

Selain di Aruk, PLN juga membeli listrik dari Sarawak untuk Kecamatan Badau di Kabupaten Kapuas Hulu dengan jumlah 400 kVA. Seperti Aruk, Badau merupakan lokasi . darat di wilayah paling timur Kalbar, juga terletak di perbatasan Indonesia - Malaysia.

Satu pesan Cornelis saat peresmian itu, di mana penulis juga hadir, agar PLN pada 10 - 15 tahun mendatang mampu mengurangi ketergantungan energi dari negeri jiran tersebut. "Kalau mereka putuskan alirannya, selap kita," ujar Cornelis.

Saat itu, pilihan PLN membeli listrik dari Sarawak terbilang tepat. Dari sisi efisiensi, biaya pokok produksi (BPP) listrik di Aruk mencapai Rp4000/kWH, sedangkan jika membeli hanya Rp930/kWH. Listrik dari Sarawak lebih murah karena pembangkit yang digunakan memakai sumber air. Sedangkan dari PLN, masih mengandalkan high speed diesel (HSD) dengan mesin pembangkit diesel. Belum lagi akses menuju perbatasan kondisinya rusak parah.

Gubernur Cornelis dan rombongan saat itu malah memilih jalur Entikong (Kabupaten Sanggau), masuk ke Sarawak menelusuri jalanan ke arah Barat Kalimantan, sebelum masuk lagi ke Indonesia melalui Aruk. Rute tersebut memakan waktu sekitar 3 jam.

Jauh lebih cepat jika dibandingkan melalui Kota Sambas lalu ke Desa Aruk, yang bisa lebih dari dua kali lipat waktu tempuhnya untuk kondisi tidak hujan. Kalau hujan bakal jauh lebih lama dan berisiko.
 
Manager PLN UPP Pembangkit dan Jaringan KBB 4 Ketapang, Kalimantan Barat Doni Emmeri (kiri) saat menjelaskan kemajuan pembangunan jaringan transmisi 150 kV di daerah Kendawangan, Ketapang. (ANTARA/Dedi)

Terus membangun

Menyadari strategisnya kebutuhan energi listrik termasuk di Provinsi Kalimantan Barat, PT PLN terus membangun infrastruktur terkait. Mulai dari mesin pembangkit, transmisi hingga gardu induk.

Dari semula defisit, kini mengalami surplus energi. Misalnya di Sistem Khatulistiwa yang mewadahi beberapa kota dan kabupaten di Kalbar, hingga akhir Oktober 2020 untuk daya terpasang pembangkitnya sudah mencapai 622,1 Mega Watt (MW). Daya terpasang ini pun akan terus bertambah seiring tuntasnya pembangunan pembangkit listrik baru beberapa tahun mendatang di Kalbar.

Menurut penjelasan GM PLN Kalbar, Ari Dartomo, daya mampu pasok sendiri di sistem kelistrikan terbesar di Kalbar itu sebesar 531,9 MW. Kemudian beban puncak yang terlayani 341,9 MW sehingga terjadi surplus energi.

Sedangkan dari sisi transmisi, PLN Unit Induk Pembangunan Kalimantan Bagian Barat (PLN UIP Kalbagbar) telah merampungkan pembangunan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV sepanjang 287 kilometer sirkuit (kms).

General Manager PLN UIP Kalbagbar Rachmad Lubis menjelaskan, jalur SUTT 150 KV yang dibangun di sisi utara Kalbar dari Tayan-Sanggau terbentang sepanjang 156 kms, memiliki 235 tapak tower serta melewati 19 desa dan 5 kecamatan, serta 2 Gardu Induk (GI) dengan kapasitas masing - masing 30 MVA yang resmi beroperasi sejak 16 Juli 2020.

Sementara di sisi selatan Kalbar, PLN UIP Kalbagbar merampungkan SUTT 150 kV pada jalur Ketapang- Kendawangan dengan panjang 131 kms. Melewati 14 desa, 3 kecamatan dan 1 kabupaten, jaringan transmisi dan satu Gardu Induk dengan kapasitas 30 MVA telah sukses dialiri daya listrik pada tanggal 28 September 2020.

Prinsip kehati-hatian tetap dikedepankan dengan menggandeng Badan Pertanahan Nasional (BPN) serta diawasi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) agar aset-aset yang telah dibangun aman secara hukum dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pembangunan transmisi pun tak terhenti. Selanjutnya tengah dilaksanakan pengadaan tanah untuk jalur SUTT Tayan-Sandai, dan inventarisasi tanah tapak menara untuk jalur SUTT Kendawangan-Sukamara dengan total panjang 632 kms.

Dua jalur SUTT tersebut nantinya akan menghubungkan Sistem Kelistrikan Ketapang dengan Sistem Khatulistiwa dan Sistem Kelistrikan Barito di Kalimantan Tengah.

Bahkan tahun 2021, PLN menargetkan pembangunan SUTT Sanggau-Sekadau, Sekadau-Sintang, Sandai-Sukadana dengan total panjang jaringan 329 kms, serta Gardu Induk Cendana bisa beroperasi. 
Rakor pembangunan SUTT 150 kV Tanyan - Sandai yang dihadiri berbagai pihak terkait (dedi)



Antisipasi lonjakan

Pemerintah Provinsi Kalbar punya estimasi mengenai proyeksi kebutuhan akan energi listrik di bumi Khatulistiwa tersebut dalam beberapa tahun mendatang.

Berdasarkan data Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalbar, sampai tahun 2025, Kalbar membutuhkan energi listrik hingga 3.006 MW dari semua sistem pembangkit yang ada.

Menurut Kepala Dinas ESDM Provinsi Kalbar, Syarif Kamaruzzaman, proyeksi ini dilakukan sebagai suatu pendekatan untuk menelaah kebutuhan masyarakat akan energi di suatu daerah.

Membangun dan mempersiapkan infrastruktur listrik mulai dari pembangkit, transmisi hingga distribusi terlebih dalam kapasitas yang sangat besar, tidaklah mudah. Butuh waktu, biaya dan sumber daya manusia yang mumpuni sehingga dibutuhkan perencanaan yang matang.

Untuk itu, Pemprov Kalbar terus berkoordinasi dengan PLN serta pihak swasta lainnya yang mampu menyediakan pasokan listrik tersebut.

Bahkan, Syarif Kamaruzzaman menambahkan, proyeksi yang dibuat dilakukan sampai dengan tahun 2050 mendatang dengan kebutuhan energi listrik di Kalbar mencapai 10.893 MW dari semua sistem pembangkit yang ada.

Boombastis-kah angka-angka tersebut? Kalau melihat dari kondisi saat ini dan kebutuhan di masa yang akan datang, bukanlah sesuatu yang mustahil.

Salah satunya dapat dilihat dari Pelabuhan Internasional Kijing yang terletak di Kabupaten Mempawah. Pemerintah Pusat melalui Kementerian Perhubungan sudah memutuskan bahwa pelabuhan tersebut akan menjadi pelabuhan internasional terbesar di Pulau Kalimantan. Letaknya yang dekat dengan pusat ekonomi regional dan dunia seperti Singapura, India, Korea Selatan, Jepang dan China, akan menjadi pendulum baru ekonomi di Pulau Kalimantan khususnya dan Indonesia umumnya.

Belum lagi Kalbar mempunyai lima lokasi PLBN yang sudah ditetapkan, bahkan tiga diantaranya telah terwujud. Tidak semua atau bahkan tidak ada provinsi lain di Indonesia yang mempunyai konektivitas regional yang begitu lengkap seperti Kalbar.

Kepala Bidang Ketenagalistrikan Dinas ESDM Provinsi Kalbar Rudy Hadianto mengatakan dengan semakin berkembangnya pemukiman dan industri di Kalbar, tentu kebutuhan akan energi juga akan berkembang.

Meski ia mengakui angka proyeksi kebutuhan energi listrik di Kalbar tetap terus dievaluasi sesuai perkembangan dan dinamika yang terjadi di lapangan.
Petugas PLN Kalbar melakukan perawatan jaringan (ANTARA/Dedi)

Tak terhenti pandemi

COVID-19 yang mulai terjadi Desember 2019 dan terus meluas hingga menjadi pandemi, secara langsung maupun tidak memberi dampak ke PLN. Namun, kondisi itu tidak menghentikan semangat PLN dalam memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat Indonesia termasuk Kalbar.

Bahkan, tingkat kepercayaan atas keandalan pasokan energi dari PLN terus mendapat pengakuan dari pelanggan di Kalbar. Awal tahun 2020, ada 42 pelanggan yang beralih menggunakan layanan premium ini.

Hingga akhir Oktober 2020, naik 47 persen menjadi 62 pelanggan. Bagi pelanggan premium, PLN menyediakan layanan khusus karena aliran listriknya dipasok melalui dua penyulang. Jika terjadi gangguan pada penyulang utama maka aliran listriknya akan dipindah melalui penyulang cadangan, sehingga pasokan listriknya menjadi lebih aman dan andal.

PLN juga membuka media komunikasi dan diskusi yang dapat dimanfaatkan untuk saling bertukar informasi terkait layanan yang diberikan. Jika terjadi gangguan listrik, petugas PLN disiapkan secara khusus 24 jam untuk dapat bergerak cepat jika sewaktu-waktu diperlukan guna melakukan perbaikan.

Tak hanya yang premium, upaya menuju kemandirian energi pun terus dilakukan PLN. Bertepatan dengan momentum Hari Listrik Nasional yang ke-75, Kecamatan Sajingan Besar yang sejak tahun 2009 mendapat pasokan listrik dari negeri jiran Malaysia, kini kembali menikmati karya anak negeri.

GM PLN Kalbar Ari Dartomo menegaskan sejak beroperasinya GI Sambas dengan total kapasitas sebesar 120 MVA pada tanggal 13 Juli 2015, harus dioptimalkan untuk menjangkau daerah yang lebih luas. Peluang ini dimanfaatkan oleh PLN Kalbar untuk melakukan upaya terobosan layanan hingga ke perbatasan RI. Ruas jalan 86 kilometer dari Kota Sambas hingga Aruk yang dulu harus ditempuh empat hingga enam jam bahkan lebih, kini cukup satu jam atau 1,5 jam saja.

Sejumlah upaya dilakukan, seperti mengukur tegangan pada 109 unit trafo distribusi, penyesuaian tegangan trafo pada siang hari untuk mendapatkan tegangan rendah hingga titik normal sebesar 400 Volt.

Lalu memperbesar penampang konduktor dari 35 mm menjadi 70 mm, serta melakukan penebangan dan pemangkasan pohon yang berpotensi menyebabkan gangguan pada jaringan listrik sepanjang 146,77 kms mulai dari Sambas, Sajingan dan Aruk.

Kerja keras itu kini membuahkan hasil. Masyarakat di Kecamatan Sajingan Besar kini dapat menikmati listrik PLN dengan aman dan nyaman. Petugas di unit layanan PLN pun siap memberikan layanan kepada pelanggan nonstop selama 24.

Agustinus, 42, yang membuka bengkel mobil dan motor di dekat PLBN Aruk salah satu yang merasakan perubahan tersebut. Menurut dia, jika terjadi gangguan listrik, petugas PLN dapat dengan mudah dihubungi sehingga masalah pun teratasi.

Sebaliknya jika pasokan listrik dari Sarawak, ketika terjadi gangguan, ia hanya bisa mereka-reka penyebab dan kapan gangguan tersebut teratasi.

Mengenang peristiwa hampir 11 tahun silam di PLBN Aruk, seolah kembali menemukan sebuah titik balik. Bahwa, pandemi pun tak menghentikan PLN untuk mewujudkan kemandirian energi hingga di ujung negeri.

Baca juga: PLN Kalbar resmikan kemandirian energi di perbatasan RI-Malaysia
Baca juga: Penjualan listrik industri PLN Kalbar naik 15,43 persen
Baca juga: PLN Kalbar gandeng mitra bantu listriki 81 rumah warga kurang mampu

Editor: Royke Sinaga
Copyright © ANTARA 2020