Jakarta (ANTARA/JACX) - China telah menargetkan 100 juta penduduk Indonesia tewas dengan vaksin dari Negara Tirai Bambu tersebut, demikian sebuah unggahan yang viral dan ramai jadi perbincangan warganet Tanah Air.

Narasi itu, salah satunya, diunggah oleh akun Facebook Solid Lawan Covid, pada Oktober 2020. 

Bukan hanya di Facebook, narasi berisi target kematian 100 juta warga Indonesia oleh China itu juga tersebar pula lewat pesan berantai aplikasi WhatsApp. 

“Hati hati vaksin bisa mwmbunuh jiwa. Cina mentargetkan 100 jt penduduk indonesia mati melalui vaksin cina. Jangan ada yg mao divaksin. Biar cina bangkrut ini bisnis WHO. Yahudi nasoroh cina. Yg jadi tujuan umat islam. Kita wajib waspada. Negara di Rezim jokowi jadi amburadul. Lengserkan jokowi pemimpin keblingeerrrr," demikian isi narasi yang beredar di whatsapp.

Namun, benarkah China menargetkan 100 juta penduduk Indonesia tewas dengan vaksin?
 
Tangkapan layar hoaks yang menyatakan China targetkan kematian 100 juta penduduk Indonesia melalui vaksin (Facebook)
 
Tangkapan layar hoaks yang mneyatakan China targetkan kematian 100 juta penduduk Indonesia melalui vaksin (WhatsApp)


Penjelasan:
Hingga Rabu (4/10), tidak ditemukan satu pun pernyataan resmi yang dimuat media arus utama ataupun sumber resmi lain, terkait target kematian 100 juta warga Indonesia oleh China melalui vaksin produksi mereka.

Dengan demikian, unggahan terkait vaksin itu dapat dipastikan adalah hoaks.

Terkait penanganan COVID-19 di Indonesia, pemerintah tidak hanya mengandalkan satu sumber vaksin, mengacu laman covid19.go.id

Selain Sinovac dari China, pemerintah Indonesia juga menjajaki kerja sama dengan perusahaan farmasi lain seperti Pfizer, Johnson and Johnson, Astra Zeneca, dan Cansino Biologics, serta beberapa perusahaan farmasi lain.

Khusus vaksin Sinovac, vaksin dari China itu telah memasuki uji klinis fase tiga. Bukan hanya di Indonesia, uji klinis Sinovac juga dilakukan di Turki maupun Brazil, sebagaimana dituliskan ANTARA dalam berita berjudul "Tak ada hal mengkhawatirkan uji klinis fase 3 vaksin Sinovac".   

Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin COVID-19 dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Prof Kusnandi Rusmil Sp AK MM mengatakan tidak ada hal-hal yang mengkhawatirkan dari uji klinis fase tiga vaksin Sinovac hingga saat ini.

"Kalau sudah lulus tahap tiga, vaksin bisa digunakan dan diperjualbelikan," kata Kusnandi.

Menurut dia, para relawan yang telah mengikuti imunisasi Vaksin Sinovac akan terus dipantau hingga enam bulan ke depan.

Kusnandi juga menuturkan dari sekian banyak imunisasi yang dilakukan di Indonesia, kemungkinan terjadi reaksi yang berat seperti pingsan habis diimunisasi sangat kecil, di mana kejadiannya adalah 0,1 sampai satu kejadian dari sejuta orang yang diimunisasi.

Klaim: China targetkan kematian 100 juta penduduk Indonesia melalui vaksin
Rating: Salah/Disinformasi

Baca juga: Tim: Vaksin COVID-19 Sinovac sudah dicek berkali-kali keamanannya

Baca juga: Biofarma akan terima 15 juta dosis bulk vaksin Sinovac November 2020

Baca juga: Bio Farma terus pantau efek samping pemberian vaksin COVID-19

Pewarta: Tim JACX
Editor: Imam Santoso
Copyright © ANTARA 2020