Jakarta (ANTARA News) - Dalam ulang tahunnya yang ke-19 Pusat Peragaan Iptek (PP-IPTEK) Taman Mini Indonesia Indah (TMII) menggelar "Science Party" yang bertujuan memperkenalkan sejak dini kepada masyarakat tentang pentingnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

"Kita memperkenalkan masyarakat khususnya anak-anak bahwa IPTEK itu mudah dan bukan suatu momok yang ditakuti, seperti halnya pelajaran Matematika yang masih dianggap susah oleh anak sekolah," kata Dr. Finarya Legoh, Direktur Pusat Peragaan PP-IPTEK TMII pada Selasa (20/4).

"Science Party" yang pertama kali digelar PP-IPTEK itu digelar dengan konsep di dalam dan di luar gedung. Pengunjung dikenakan biaya bila ingin menyaksikannya di dalam gedung, sementara di luar gedung dipertontonkan secara gratis.

Di dalam gedung pengunjung bisa melihat dan memperagakan Simulator Pesawat, Demo Robot, Pesawat Tanpa Awak, Science Sinema dan Body Painting di dalam gedung.

Sementara di luar gedung, disuguhkan Jugling, Permainan Tradisional (Anggrang), Worshop Roket Air, dan Workshop Layang-layang dan acara tersebut bekerjasama dengan BMG, BPPT, Ristek, dan Depkominfo.

"Acara ini merupakan terobosan pertama kalinya PP-IPTEK karena sebelumnya kita hanya mengikuti agenda acara dari TMII, kita menggunakan dua tempat agar acara ini bisa dinikmati oleh semua pengunjung misalnya pengunjung yang mau melihat demo robot bisa di dalam dan membayar, jika mau gratis bisa menikmati acara-acara yang disuguhkan di luar," katanya.

Acara itu juga telah dipromosikan sebelumnya kepada masyarakat dan mengundang beberapa sekolah di Jabodetabek lewat Web, Blog, Facebook dan Fax. Siswa sekolah bisa memanfaatkan kegiatan itu sebagai wisata melepas penat setelah ujian, sedangkan mahasiswa bisa sekaligus study tour Praktek Kerja Lapangan (PKL).

"Saya juga menelpon teman saya yang menjadi guru-guru agar ikut berpartisipasi, soalnya kapan lagi masuk TMII gratis dan dapat banyak ilmu pengetahuan," ujarnya sambil ketawa.

Acara "Science Centre" terinspirasi dari pertemuan ASPAC (Asia Pasific Network of Science Pasific) di Dunedin, Selandia Baru, sebuah wadah bertemunya perkumpulan Pusat Peragaan Iptek seluruh dunia setiap tahunnya.

"Ketika musim gugur di Dunedin, Saya melihat minat masyarakat tidak hanya anak sekolah antusias melihat peragaan Iptek di luar halaman, mengapa tidak dicoba di Indonesia," katanya.

Beberapa faktor yang membuat peragaan Iptek mengundang antusias warga yaitu perbedaan musim dan kemasan acara. Mereka menggelar acara pada musim gugur yang terasa sejuk dan mengajarkan Iptek ke warga dengan bahasa yang mudah.

"Di Dunedin, walaupun siang hari udara terasa sejuk jelas berbeda dengan Indonesia sehingga membuat masyarakat nyaman dalam memberikan pelajaran ambil contoh nuklir, mereka tidak akan menjelaskan kandungan nuklir tetapi apa itu nuklir, fungsi dan manfaatnya serta dibantu alat peraga," katanya.

Ketika ditanya antaranews kapan Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan ASPAC.

"Saya sangat berharap tetapi tidak untuk saat ini karena sudah ada gilirannya mungkin 2012 atau 2013 selain masih banyak hal yang harus dibenahi," katanya.

Peran pemerintah lewat BPPT sejauh ini membantu hanya saja dukungan pemerintah tidak terlalu besar. Peran Pusat Peragaan Iptek bukan saja tempat bermain sambil belajar tetapi menjadi contoh bagi daerah-daerah kecil di Indonesia.

"Tempat ini adalah titik pertemuan antara masyarakat dan ilmu pengetahuan, Setiap tahunnya, Pemerintah Amerika Serikat memberikan bantuan dana sebesar 70% persen kepada Pusat Peragaan Iptek AS dan 30% persennya dicari oleh pusat Iptek itu sendiri," ujarnya.

Hingga dengan siang hari acara "Science Party" di dalam gedung telah dikunjungi lebih dari 500 pengunjung dari berbagai kalangan.

"Total keseluruhan belum tahu karena ada yang di luar tetapi untuk di dalam lebih dari 500, Sampai sore bisa seribu pengunjung dan lebih," kata Eka, Penjaga Karcis Pusat Peragaan Iptek.

Sebagian besar masyarakat antusias dengan acara "Science Party".

"Saya sangat senang karena ini merupakan kesempatan yang langka untuk menambah ilmu pengetahun seperti kita dikasih tahu apa itu flu burung dan bagaimana menyebarnya," kata Eko Nugroho seorang mahasiswa semester enam Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) jurusan Biologi.

Husein Abu Bakar seorang siswa SMU Fajar Hidayah Cibubur lebih menyukai acara ini karena sesuai dengan cita-citanya.

"Senanglah, aku lebih suka simulator pesawat karena ingin menjadi pilot F 16 TNI AU," katanya sambil mengutak atik kemudi simulator pesawat.

Sedangkan Ruth Jessica seorang siswa kelas lima SDN Pajeleran Cibinong menyukai acara ini karena membantunya dalam mempelajari pelajaran sekolah.

"Aku senang ternyata bunyi itu merambat lewat udara oleh karena itu astronot berkomunikasi lewat radio di ruang hampa udara," katanya sambil membaca tulisan di alat peraga kerambatan bunyi.

Namun berbeda dengan Fajar Eko seorang siswa SMP Putra Darma Tambun yang menyukai acara ini lebih untuk bersenang-senang.

"Jelas suka, jalan-jalan dan keluar dari rumah," katanya sambil tertawa.

Dari sekian alat peraga dalam acara "Science Party" hampir umumnya pengunjung menggemari demo robot oleh Klub Robotik G Com yang terletak di samping pintu masuk.

Disebuah papan besar terdapat beberapa susunan rangkaian robot seperti permainan lego menyerupai kincir angin, mobil-mobilan, dan traktor buldoser. Mereka bergerak seperti robot yang digerak oleh baterai charge dan sebuah controler yang mengatur pergerakan mereka.

"Permainan ini bukan hanya mengajarkan anak-anak menyusun mainan juga berkreasi bagaimana anak-anak membentuk mainan sesuai yang diinginkan," kata Dyas Sulistyo, seorang penjaga demo robot tersebut.

Permainan robot itu dikendalikan oleh software bernama Robopro dan kita bisa mengendalikan pola langkah robot dengan software itu.

"Software ini lewat controler membuat robot bisa belok kanan kiri dan terdapat sensor warna dibawahnya sehingga tidak keluar jalur. Misalnya robot ini diberi sensor warna hitam oleh karena itu dipapan tersebut kita beri selotip warna hitam dan mobil robot itu akan mengikuti arah selotip," kata Dyas.

Untuk memiliki seperangkat permainan itu, masyarakat bisa merogoh kocek tiga juta rupiah untuk satu paket.

"Satu paket itu bisa membuat tiga buah permainan robot tetapi juga tergantung mainannya itu sendiri lengkap dengan obeng, kabel, mur dan lain-lain," kata Dyas.

(Adm/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010