Addis Ababa (ANTARA) - Lembaga penyalur bantuan tidak dapat memasok ulang makanan, obat-obatan, dan kebutuhan darurat lainnya karena sulit mengakses wilayah Tigray, Ethiopia bagian utara--lokasi pertempuran antara pasukan federal dan pasukan lokal, demikian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan pada Kamis.

Pada pekan lalu, Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed meluncurkan kampanye militer untuk melawan pasukan Barisan Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), setelah menuduh mereka melakukan serangan terhadap basis militer federal.

Sambungan telepon ke wilayah Tigray masih terputus, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (UNOCHA) dalam laporan terakhirnya mengenai situasi krisis di area tersebut.

Kelompok pemberi bantuan memfokuskan perhatian pada pelindungan anak-anak, perempuan, lansia, dan orang dengan disabilitas dari bentrokan bersenjata tersebut, kata UNOCHA.

Para tokoh di Tigray sempat mendominasi kekuatan politik Ethiopia--atas peran besar mereka dalam melengserkan pemimpin diktator di negara itu pada 1991. Setelah Abiy Ahmed berkuasa mulai 2018, pengaruh Tigray melemah dan TPLF keluar dari koalisi pendukung pemerintah pada 2019.

Sejak saat itu, banyak pejabat senior di Tigray yang ditahan, dipecat, atau dicopot dari jabatan mereka. Pemerintah menyebut hal itu dilakukan sebagai upaya pemberantasan korupsi, namun masyarakat Tigray beranggapan pemerintah ingin membungkam oposisi.

Sumber: Reuters

Baca juga: Presiden Afrika Selatan: Pengunjung dari semua negara boleh masuk

Baca juga: Presiden Afsel isolasi diri setelah tamu positif COVID-19

Penerjemah: Suwanti
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020