Hanoi (ANTARA) - Para pemimpin Asia Tenggara memulai konferensi tingkat tinggi (KTT), yang diharapkan untuk mengatasi ketegangan di Laut China Selatan (LCS) dan menangani rencana pemulihan ekonomi pasca pandemi sementara persaingan Amerika Serikat-China meningkat.

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sejauh ini belum "ditarik ke dalam pusaran" persaingan dan tantangan terhadap sistem multilateral internasional, ujar Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc dalam pidato pembukaannya pada KTT ke-37 ASEAN di Hanoi, Kamis.

"Tiga perempat abad telah berlalu sejak akhir Perang Dunia Kedua. Perdamaian dan keamanan dunia, bagaimanapun, belum benar-benar berkelanjutan," kata Phuc, yang pemerintahannya menjadi ketua dari blok yang beranggotakan 10 negara itu.

"Tahun ini, semuanya berada di bawah ancaman yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya risiko yang timbul dari perilaku negara yang tidak dapat diprediksi, persaingan, dan friksi kekuatan utama," kata Phuc pada KTT virtual.

KTT juga mencakup pertemuan antara ASEAN dan China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan AS.

Agenda puncak KTT adalah membahas ketegangan di LCS. Di wilayah itu, kapal-kapal China telah terlibat dalam kebuntuan berkala dengan kapal-kapal dari Vietnam, Malaysia, dan Indonesia ketika Beijing berusaha untuk menegaskan klaim teritorialnya di jalur perairan yang disengketakan tersebut.

China mengklaim sekitar 80 persen laut tersebut, termasuk sebagian besar zona ekonomi eksklusif Vietnam, atau ZEE, serta Kepulauan Paracel dan Kepulauan Spratly. Klaim itu juga tumpang tindih dengan ZEE anggota ASEAN seperti Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Sejak pertengahan Agustus, AS telah berulang kali membuat marah China dengan mengirim kapal perang ke Laut China Selatan dan telah memasukkan 24 entitas China ke daftar hitam atas keterlibatan mereka dalam membangun dan memiliterisasi pulau-pulau buatan.

Perdana Menteri China Li Keqiang berjanji Beijing akan "terus bekerja dengan negara-negara ASEAN di jalur pembangunan damai untuk menegakkan perdamaian dan stabilitas di kawasan".

Saat menggambarkan pandemi virus corona sebagai "tantangan yang menentukan generasi kita", Presiden Filipina Rodrigo Duterte mendesak negara-negara untuk "bekerja sama untuk memastikan bahwa semua negara" kaya atau miskin "akan mendapatkan vaksin yang aman".

Para pemimpin ASEAN juga diharapkan akan menandatangani Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang didukung China pada Minggu (15/11), dalam apa yang bisa menjadi perjanjian perdagangan terbesar di dunia.

Kesepakatan itu, yang akan ditandatangani di tengah ketegangan atas hasil pemilu AS, meninggalkan pertanyaan tentang keterlibatan Washington di kawasan itu.

RCEP kemungkinan akan memperkuat posisi China sebagai mitra ekonomi dengan Asia Tenggara, Jepang dan Korea, dan menempatkannya pada posisi yang lebih baik untuk membentuk aturan perdagangan kawasan.


Sumber: Reuters

Baca juga: Presiden Jokowi hadiri KTT ke-37 ASEAN secara virtual

Baca juga: Biden menang pilpres, AS diprediksi tetap jadikan ASEAN mitra penting


Baca juga: Jokowi: Dua pekerjaan ASEAN-Jepang untuk pulihkan ekonomi kawasan

 

Presiden Jokowi hadiri KTT ke-37 ASEAN secara virtual


 

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020